Pada tahun 1984, Vikram dan rekannya memperkenalkan sebuah seri dari laporan yang mendiskusikan sebuah contoh kegagalan pasien yang ditangani dengan terapi modalitas bagi kanker kepala dan leher. Seri klasik dari artikel ini menguraikan karakteristik kegagalan pada bagian lokal, leher, bagian yang lebih jauh, sebagaiaman perkembangan neoplasma yang berbahaya kedua pada pasien yang diobati di Pusat Memorial Sloan-Kettering, NY, USA. 90 persen pasien yang akan merasakan kekambuhan dari kanker rongga mulut akan melakukan hal yang sama pada dua tahun pertama. Untuk alasan ini, pasien berada pada mekanisme lanjutan.
Tingkat kekambuhan adalah predictor palin penting mengenai kelangsungan hidup, dimana tingkat kekambuhan I berhubungan dengan rata-rata kelangsungan hidup sebesar 24,3 bulan dengan kelangsungan hidup yang bebas penyakit pada masa dua tahun sebesar 73%, sedangkan pada tingkat kekambuhan IV berhubungan dengan rata-rata kelangsungan hidup sebesar 9,3 bulan dengan kelangsungan hidup yang bebas penyakit pada masa dua tahun sebesar 22%. Panduan lanjutan bervariasi secara luas dan dimaksudkan untuk mendeteksi kekambuhan lebih awal. De Visscher dan Manni mengajukan :
1. Setiap 2 bulan selama 1 tahun
2. Setiap 3 bulan selama 2 tahun
3. Setiap 4 bulan selama 3 tahun
4. Setiap 6 bulan selama 4 dan 5 tahun
5. Kemudian setiap tahun
Meskipun banyak panduan lanjutan, jadwal lanjutan harus disusun bagi pasien secara individual dengan memperhitungkan kemungkinan kekambuhan pada pasien, kondisi kelanjutan yang mungkin dari kebiasaan merokok atau kebiasaan lainnya, kemampuan dalam melakukan perjalanan dan menjaga ksepakatan, dan tersedianya pengobatan lokal yang potensial tau pemeriksaan gigi yang akan menaksir kelanjutan kelangsungan hidunya. Kesepakatan lanjutan termasuk didalamnya sebuah riwayat terbaru megenai pasien dan pemeriksaan sistem sebagaimana pemeriksaan klinik bagi kondisi kekambuhan atau deteksi penyakit baru. Pertanyaan-pertanyaan yang dikembangkan melalui pemeriksaan fisik hendaknya mendukung untuk memperoleh gambaran yang cukup, rebiopsi, atau pemeriksaan dibawah anastesi. Bagaimanapun, perhatian hendaknya digunakan dalam menjalankan biopsi pada pasien yang telah menerima terapi multiodalitas secara intensif, seperti RADPLAT, brachyterapi, atau jadwal radiasi hiperfraksionasi yang dikombinasi dengan kemoterapi. Biopsi secara meluas bagi luka adalah terkenal atas proses penyembuhan yang lambat dan dapat mengarah pada luka yang kronik.
Gambaran yang cukup, termasuk yang menggunakan CT atau MRI pada penyempurnaan terapi multimodalitas, adalah tidak bernilai. Peranan dari scan dengan menggunakan PET tingkatan lanjutan, dikembangkan.
Kegagalan pada kanker utama akhirnya akan terjadi sekitar 20% dari pasien, dan kekambuhan regional di leher akan terjadi sebanyak 10%. Kematian dari metastasis jauh ini adalah jarang, kasus yang terjadi hanya sekitar 1 hingga 4% dimana kontrol terhadap daerah yang parah dipertahankan. Konsekuensi yang tidak menguntungkan dari peningkatan kontrol pada bagian kanker utama dengan terapi multimodalitas adalah sebuah kejadian metastasis jauh yang meningkat. Sebagai tambahan mengenai kondisi kekambuhan, penelitian yang prospektif telah menunjukkan bahwa kanker utama kedua meningkat sebesar 4 hingga 7% per tahun pada pasien yang memiliki kanker squamosa kepala dan leher. Kanker utama kedua adalah penyebab kematian diantara psien yang menjalani pengobatan kanker oral tahap lebih awal.
Kemampuan dari suatu kanker untuk bermetastasis bergantung pada perkembangan seri mutasi genetic, yang mengizinkan sel untuk menyebar dari tumor utama, menahan mikrosirkulasi, menghebat, menginfiltrasi ke stroma, dan hidup serta berproliferasi sebagai koloni baru. Kelangsungan hidup bagi metastasis juh selanjutnya menjadi sebuah komponen yang penting untuk evaluasi lanjutan. Paru-paru adalah bagian yang paling umum bagi metastasis jauh, diikuti oleh hati dan tulang. Pengambilan radiograf dada setiap tahun atau dua tahun mengizinkan deteksi metastasis paru-paru, yang merupakan bagian yang mengalami metastasis jauh yang paling umum pada kanker rongga mulut, dan kanker paru-paru utama, yang tidak biasa pada populasi pasien dengan resiko kanker mulut. Bagaimanapun, pemberian tindakan penyembuhan yang tidak menyediakan penanganan yang efektif, menjadikan sejumlah ahli mempertanyakan kegunaan dari radiograf dada setiap tahun atau pertengahan tahun. Scan dengan PET terbukti merupakan alternative yang bernilai dalam mendeteksi penyakit lebih jauh. Pengujian laboratorium setiap tahun termasuk pemeriksaan fungsi hati juga direkomendasikan. Pada pasien yang telah menerima radiasi sebagai bagian dari penanganannya, pengujian secara periodic terhadap fungsi tiroid adalah membantu, sebagaimana banyak ayng akhirnya menjadi hipotiroid berupa kelelahan dan penurunan kemampuan penyembuhan luka.
Collins menetapkan bahwa pasien dengan kanker kepala dan leher adalah mungkin tidak pernah sembuh, dan lebih baik untuk mempertimbngkan bahwa hubungan tumor-inang telah diubah secara menetap dengan persetujuan inang. Hal ini penting untuk disadari bahwa sekitar 1/3 dari pasien yang diduga mengidap penyakit yang terlokalisasi akan kambuh kembali dan meninggal karena kanker. Dahulu, kelangsungan hidup dari pasien yang memiliki sel karsinoma squamosa kepala dan leher adalah 20 hingga 30%, dan pasien yang menderit akibat kekambuhan daerah yang parah sebesar 40 hingga 60%, dan 20 hingga 30% akan meninggal akibat metastasis yang jauh. Saat ini, kegagalan mayoritas pengobatan menyisakan kekambuhan penyakit yang lebih parah. Pasien dengan penyakit yang kambuh dibuat pengulangan tingkatan bagi mereka, yang mensyaratkan evaluasi yang sama sebagaimana biasanya. Panendoskopi dan pemeriksaan dengan anastesi memiliki peran penting yang lebih besar ketika seorang dokter diperhadapkan dengan pengujian jaringan yang dikhawatirkan dan distorsi oleh pembedahan dan radiasi sebelumnya. Metastasis yang jauh hendaknya disingkirkan sejauh mungkin dengan tujuan untuk memutuskan sebuah pengobatan kembali yang agresif. Pada pasien yang memiliki kekambuhan yang terbatas hanya pada daerah yang sangat parah, keputusan mengenai pengobatannya terbatas sesuai dengan terapi sebelumnya. Panduan untuk melakukan radiasi kembali bisa saja terjadi tetapi disertai dengan morbiditas yang signifikan. Radiasi kembali secara intensif dan kemoterapi adalah sedang diinvestigasi dan menunjukkan beberapa hal yang menjanjikan. Morbiditas dari pengobatan semacam ini adalah signifikan, dan penggunaannya hendaknya dibatasi dalam percobaan-percobaan klinik saat ini. Tindakan pembedahan merupakan pilihan utama, tetapi perluasan tindakan pembedahan harus lebih dipertimbangkan lebih luas dari pertimbangan awal. Goodwin melaporkan dari hasil tindakan pembedahan bagi kekambuhan kanker kepala dan leher, dan menemukan adanya keuntungan pada tingkat I dan II. Kesuksesan ini terbatas pada kondisi penyakit-penyakit yang lebih parah. Penegasan hsil yang lebih jelas hendaknya dibngun antara ahli bedah dan pasien untuk sebuah tindakan pembedahan. Apakah operasi untuk penyembuhan atau paliasi? Pembedahan yang bersifat paliatif hendaknya dilakukan secara hati-hati untuk mencegah komplikasi pembedahan yang lebih besar melebihi hasil dari tindakan paliatif itu sendiri. Pasien dan keluarganya hendaknya memiliki harapan yang realistis sebagaimana dalam memahami bahwa tidak ada keuntungan dari intervensi pengulangan pembedahan bagi kanker yang sukar diatasi.
Pasien dengan kanker yang dapat dioperasi memberikan pose yang menantang bagi seorang dokter. Sebagaimana penyembuhan tidaklah menjadi pilihan realistis yang berlangsung lama, penanganan modalitas untuk memperpanjang kehidupan dan meningkatkan kualitas kehidupan mengambil prioritas yang lebih tinggi. Kontrol terhadap luka menjadi persoalan yang signifikan pada pasien yang mengalami kekambuhan kanker kepala dan leher. Formulasi obat dengan aksi penglepasan yang diperpanjang seperti ebagian kecil narkotik yang diberikan secara transdermal yang dikombinasikan dengan narkotik dengan aksi yang pendek untuk menghilangkan sakit secara khusus dibutuhkan. Rizotomi adalah sebuah pilihan untuk sakit yang hebat. Pengontrolan rasa sakit dapat merupakan hasil dri kemoterapi atau radioterapi paliatif. Metode baru bagi penggunaan bertarget dari bahan-bahan kemoterapi menuju tumor adalah berada dibawah pengembangan. Sebuah kombinasi dari cisplatin dan gel epinefrin yang diinjeksikan menuju tumor yang kambuh menunjukkan proses paliasi yang signifikan tanpa efek samping yang berarti, pada kebanyakan pasien. Pengaturan luka menjadi sebuah persoalan penting, dan penyembuhan dengan luka dengan malodorus yang hebat dapat mengganggu pasien dan keluarganya. Pasien yang menunjukkan kemajuan kanker kepala dan leher secara khusus akan memiliki kelangsungan hidup 6 hingga 12 bulan tanpa pengobatan, dan pasien dengan tingkat akhir kanker kepala dan leher akan memiliki rata-rata tingkat kelangsungan hidup 101 hari.
Terdapat tendensi alami bagi seorang dokter untuk menghindari pasien yang meninggal. Terdapat sebuah keengganan untuk menangani sebuah penyakit yang secara biologis menolak usaha terbaik mereka dan pemberian penanganan yang meninggalkan kelemahan pada pasien dan sering kali menimbulkan kecacatan. Sementara anggota keluarga dn para dokter sedang mendiskusikan pilihan penanganan selanjutnya, pasien sering secara sederhana memperhatikan kontrol rasa sakit dan efek dari dosis yang besar dari narkotik terhadap fungsi buang air besar. Sebenarnya, diskusi yang dalam seharusnya dilakukan dengan pasien dan keluarganya terhadap kemungkinan persoalan berakhirnya kehidupan pasien dan akan membantu ahli bedah memperlakukan dengan perhatian yang lebih nyata. Rumah sakit menyediakan sumber yang sempurna, dan sekali melibatkan sebagian besar anggota keluarga yang secara apresiatif dalam mendukung usaha yang dilakukan oleh tenaga professional dalam kepedulian terhadap berakhirnya kehidupan pasien.
Pada masa peningkatan penanganan modalitas bagi penyakit lokal dan regional sat ini, para dokter menemukan bahwa faktor-faktor yang tidak berhubungan dengan kanker utama dan di luara jangkauan kontrol mereka, mempengaruhi kelangsungan hidup. Hal ini menjadi kejadian yang meningkat, bahwa faktor-faktor tersebut mempengaruhi hasil dari pasien kanker mulut secara berlipat dan berhubungan lebih besar terhadap karkteristik pasien disbanding dengan kanker itu sendiri atau penanganan yang mereka terima. Para peneliti menemukan bahwa faktor genetic dari kanker utama memiliki pengaruh terhadap respon dari tumor tertentu terhadap sejumlah penanganan. Ekspresi yang tinggi dari reseptor faktor pertumbuhan epidermal adalah dihubungkan dengan hasil yang kecil, dan boleh jadi mengindikasikan kebutuhan terhadap terapi multimodalitas yang lebih intensif. Perubahan pada TP53 telah dihubungkan dengan kekambuhan sel kanker squamosa dari kepala dan leher yang sukar disembuhkan melalui penanganan radiasi. Penanganan di masa yang akan datang boleh jadi melibatkan restorasi dari fungsi TP53.
Penelitian-penelitian yang penting juga mendemonstrasikan bahwa komorbiditas dan penampilan status yang memprediksikan kelangsungan hidup, tidak bergantung pada tingkat diagnosa. Penampilan status telah ditunjukkan sebagai sebuah alat untuk memprediksi kelangsungan hidup yang bebas dari tumor, node regional, dan tingkatan metastasis (TNM). Banyak pasien kanker kepala dan leher menderita akibat masalah kesehatan lainnya yang berhubungan dengan rokok, dan penggunaan alkohol, dan hal tersebut dapat menghasilkan penurunan kelangsungan hidup melebihi meski pada kanker tertentu sekalipun. Ribeiro dan rekannya menemukan bahwa mengkonsumsi alkohol setiap hari, merokok, index berat badan yang kecil, dan komorbiditas lainnya memiliki pengaruh yang bebas terhadap prognosis. Sebagaimana didiskusikan sebelumnya, memang terdapat bentuk yang lebih agresif dari sel karsinoma squamosa yang mempengaruhi pasien yang lebih muda, tetapi data dari Sumber Data Kanker Nasional mengindikasikan bahwa pasien yang lebih muda memiliki keuntungan kelangsungan hidup yang paling mungkin berhubungan dengan komorbiditas mereka yang kurang. Seringkali kurva kelangsungan hidup 5 dan 10 tahun dipengaruhi lebih banyak oleh komorbiditas ini disbanding dengan karakteristik umor yang direkam dengan sistem TNM (lihat diskusi di bawah). Sistem TNM akan melanjutkan untuk menjalani revisi untuk meningkatkan penggunaannya.
Tingkat kekambuhan adalah predictor palin penting mengenai kelangsungan hidup, dimana tingkat kekambuhan I berhubungan dengan rata-rata kelangsungan hidup sebesar 24,3 bulan dengan kelangsungan hidup yang bebas penyakit pada masa dua tahun sebesar 73%, sedangkan pada tingkat kekambuhan IV berhubungan dengan rata-rata kelangsungan hidup sebesar 9,3 bulan dengan kelangsungan hidup yang bebas penyakit pada masa dua tahun sebesar 22%. Panduan lanjutan bervariasi secara luas dan dimaksudkan untuk mendeteksi kekambuhan lebih awal. De Visscher dan Manni mengajukan :
1. Setiap 2 bulan selama 1 tahun
2. Setiap 3 bulan selama 2 tahun
3. Setiap 4 bulan selama 3 tahun
4. Setiap 6 bulan selama 4 dan 5 tahun
5. Kemudian setiap tahun
Meskipun banyak panduan lanjutan, jadwal lanjutan harus disusun bagi pasien secara individual dengan memperhitungkan kemungkinan kekambuhan pada pasien, kondisi kelanjutan yang mungkin dari kebiasaan merokok atau kebiasaan lainnya, kemampuan dalam melakukan perjalanan dan menjaga ksepakatan, dan tersedianya pengobatan lokal yang potensial tau pemeriksaan gigi yang akan menaksir kelanjutan kelangsungan hidunya. Kesepakatan lanjutan termasuk didalamnya sebuah riwayat terbaru megenai pasien dan pemeriksaan sistem sebagaimana pemeriksaan klinik bagi kondisi kekambuhan atau deteksi penyakit baru. Pertanyaan-pertanyaan yang dikembangkan melalui pemeriksaan fisik hendaknya mendukung untuk memperoleh gambaran yang cukup, rebiopsi, atau pemeriksaan dibawah anastesi. Bagaimanapun, perhatian hendaknya digunakan dalam menjalankan biopsi pada pasien yang telah menerima terapi multiodalitas secara intensif, seperti RADPLAT, brachyterapi, atau jadwal radiasi hiperfraksionasi yang dikombinasi dengan kemoterapi. Biopsi secara meluas bagi luka adalah terkenal atas proses penyembuhan yang lambat dan dapat mengarah pada luka yang kronik.
Gambaran yang cukup, termasuk yang menggunakan CT atau MRI pada penyempurnaan terapi multimodalitas, adalah tidak bernilai. Peranan dari scan dengan menggunakan PET tingkatan lanjutan, dikembangkan.
Kegagalan pada kanker utama akhirnya akan terjadi sekitar 20% dari pasien, dan kekambuhan regional di leher akan terjadi sebanyak 10%. Kematian dari metastasis jauh ini adalah jarang, kasus yang terjadi hanya sekitar 1 hingga 4% dimana kontrol terhadap daerah yang parah dipertahankan. Konsekuensi yang tidak menguntungkan dari peningkatan kontrol pada bagian kanker utama dengan terapi multimodalitas adalah sebuah kejadian metastasis jauh yang meningkat. Sebagai tambahan mengenai kondisi kekambuhan, penelitian yang prospektif telah menunjukkan bahwa kanker utama kedua meningkat sebesar 4 hingga 7% per tahun pada pasien yang memiliki kanker squamosa kepala dan leher. Kanker utama kedua adalah penyebab kematian diantara psien yang menjalani pengobatan kanker oral tahap lebih awal.
Kemampuan dari suatu kanker untuk bermetastasis bergantung pada perkembangan seri mutasi genetic, yang mengizinkan sel untuk menyebar dari tumor utama, menahan mikrosirkulasi, menghebat, menginfiltrasi ke stroma, dan hidup serta berproliferasi sebagai koloni baru. Kelangsungan hidup bagi metastasis juh selanjutnya menjadi sebuah komponen yang penting untuk evaluasi lanjutan. Paru-paru adalah bagian yang paling umum bagi metastasis jauh, diikuti oleh hati dan tulang. Pengambilan radiograf dada setiap tahun atau dua tahun mengizinkan deteksi metastasis paru-paru, yang merupakan bagian yang mengalami metastasis jauh yang paling umum pada kanker rongga mulut, dan kanker paru-paru utama, yang tidak biasa pada populasi pasien dengan resiko kanker mulut. Bagaimanapun, pemberian tindakan penyembuhan yang tidak menyediakan penanganan yang efektif, menjadikan sejumlah ahli mempertanyakan kegunaan dari radiograf dada setiap tahun atau pertengahan tahun. Scan dengan PET terbukti merupakan alternative yang bernilai dalam mendeteksi penyakit lebih jauh. Pengujian laboratorium setiap tahun termasuk pemeriksaan fungsi hati juga direkomendasikan. Pada pasien yang telah menerima radiasi sebagai bagian dari penanganannya, pengujian secara periodic terhadap fungsi tiroid adalah membantu, sebagaimana banyak ayng akhirnya menjadi hipotiroid berupa kelelahan dan penurunan kemampuan penyembuhan luka.
Collins menetapkan bahwa pasien dengan kanker kepala dan leher adalah mungkin tidak pernah sembuh, dan lebih baik untuk mempertimbngkan bahwa hubungan tumor-inang telah diubah secara menetap dengan persetujuan inang. Hal ini penting untuk disadari bahwa sekitar 1/3 dari pasien yang diduga mengidap penyakit yang terlokalisasi akan kambuh kembali dan meninggal karena kanker. Dahulu, kelangsungan hidup dari pasien yang memiliki sel karsinoma squamosa kepala dan leher adalah 20 hingga 30%, dan pasien yang menderit akibat kekambuhan daerah yang parah sebesar 40 hingga 60%, dan 20 hingga 30% akan meninggal akibat metastasis yang jauh. Saat ini, kegagalan mayoritas pengobatan menyisakan kekambuhan penyakit yang lebih parah. Pasien dengan penyakit yang kambuh dibuat pengulangan tingkatan bagi mereka, yang mensyaratkan evaluasi yang sama sebagaimana biasanya. Panendoskopi dan pemeriksaan dengan anastesi memiliki peran penting yang lebih besar ketika seorang dokter diperhadapkan dengan pengujian jaringan yang dikhawatirkan dan distorsi oleh pembedahan dan radiasi sebelumnya. Metastasis yang jauh hendaknya disingkirkan sejauh mungkin dengan tujuan untuk memutuskan sebuah pengobatan kembali yang agresif. Pada pasien yang memiliki kekambuhan yang terbatas hanya pada daerah yang sangat parah, keputusan mengenai pengobatannya terbatas sesuai dengan terapi sebelumnya. Panduan untuk melakukan radiasi kembali bisa saja terjadi tetapi disertai dengan morbiditas yang signifikan. Radiasi kembali secara intensif dan kemoterapi adalah sedang diinvestigasi dan menunjukkan beberapa hal yang menjanjikan. Morbiditas dari pengobatan semacam ini adalah signifikan, dan penggunaannya hendaknya dibatasi dalam percobaan-percobaan klinik saat ini. Tindakan pembedahan merupakan pilihan utama, tetapi perluasan tindakan pembedahan harus lebih dipertimbangkan lebih luas dari pertimbangan awal. Goodwin melaporkan dari hasil tindakan pembedahan bagi kekambuhan kanker kepala dan leher, dan menemukan adanya keuntungan pada tingkat I dan II. Kesuksesan ini terbatas pada kondisi penyakit-penyakit yang lebih parah. Penegasan hsil yang lebih jelas hendaknya dibngun antara ahli bedah dan pasien untuk sebuah tindakan pembedahan. Apakah operasi untuk penyembuhan atau paliasi? Pembedahan yang bersifat paliatif hendaknya dilakukan secara hati-hati untuk mencegah komplikasi pembedahan yang lebih besar melebihi hasil dari tindakan paliatif itu sendiri. Pasien dan keluarganya hendaknya memiliki harapan yang realistis sebagaimana dalam memahami bahwa tidak ada keuntungan dari intervensi pengulangan pembedahan bagi kanker yang sukar diatasi.
Pasien dengan kanker yang dapat dioperasi memberikan pose yang menantang bagi seorang dokter. Sebagaimana penyembuhan tidaklah menjadi pilihan realistis yang berlangsung lama, penanganan modalitas untuk memperpanjang kehidupan dan meningkatkan kualitas kehidupan mengambil prioritas yang lebih tinggi. Kontrol terhadap luka menjadi persoalan yang signifikan pada pasien yang mengalami kekambuhan kanker kepala dan leher. Formulasi obat dengan aksi penglepasan yang diperpanjang seperti ebagian kecil narkotik yang diberikan secara transdermal yang dikombinasikan dengan narkotik dengan aksi yang pendek untuk menghilangkan sakit secara khusus dibutuhkan. Rizotomi adalah sebuah pilihan untuk sakit yang hebat. Pengontrolan rasa sakit dapat merupakan hasil dri kemoterapi atau radioterapi paliatif. Metode baru bagi penggunaan bertarget dari bahan-bahan kemoterapi menuju tumor adalah berada dibawah pengembangan. Sebuah kombinasi dari cisplatin dan gel epinefrin yang diinjeksikan menuju tumor yang kambuh menunjukkan proses paliasi yang signifikan tanpa efek samping yang berarti, pada kebanyakan pasien. Pengaturan luka menjadi sebuah persoalan penting, dan penyembuhan dengan luka dengan malodorus yang hebat dapat mengganggu pasien dan keluarganya. Pasien yang menunjukkan kemajuan kanker kepala dan leher secara khusus akan memiliki kelangsungan hidup 6 hingga 12 bulan tanpa pengobatan, dan pasien dengan tingkat akhir kanker kepala dan leher akan memiliki rata-rata tingkat kelangsungan hidup 101 hari.
Terdapat tendensi alami bagi seorang dokter untuk menghindari pasien yang meninggal. Terdapat sebuah keengganan untuk menangani sebuah penyakit yang secara biologis menolak usaha terbaik mereka dan pemberian penanganan yang meninggalkan kelemahan pada pasien dan sering kali menimbulkan kecacatan. Sementara anggota keluarga dn para dokter sedang mendiskusikan pilihan penanganan selanjutnya, pasien sering secara sederhana memperhatikan kontrol rasa sakit dan efek dari dosis yang besar dari narkotik terhadap fungsi buang air besar. Sebenarnya, diskusi yang dalam seharusnya dilakukan dengan pasien dan keluarganya terhadap kemungkinan persoalan berakhirnya kehidupan pasien dan akan membantu ahli bedah memperlakukan dengan perhatian yang lebih nyata. Rumah sakit menyediakan sumber yang sempurna, dan sekali melibatkan sebagian besar anggota keluarga yang secara apresiatif dalam mendukung usaha yang dilakukan oleh tenaga professional dalam kepedulian terhadap berakhirnya kehidupan pasien.
Pada masa peningkatan penanganan modalitas bagi penyakit lokal dan regional sat ini, para dokter menemukan bahwa faktor-faktor yang tidak berhubungan dengan kanker utama dan di luara jangkauan kontrol mereka, mempengaruhi kelangsungan hidup. Hal ini menjadi kejadian yang meningkat, bahwa faktor-faktor tersebut mempengaruhi hasil dari pasien kanker mulut secara berlipat dan berhubungan lebih besar terhadap karkteristik pasien disbanding dengan kanker itu sendiri atau penanganan yang mereka terima. Para peneliti menemukan bahwa faktor genetic dari kanker utama memiliki pengaruh terhadap respon dari tumor tertentu terhadap sejumlah penanganan. Ekspresi yang tinggi dari reseptor faktor pertumbuhan epidermal adalah dihubungkan dengan hasil yang kecil, dan boleh jadi mengindikasikan kebutuhan terhadap terapi multimodalitas yang lebih intensif. Perubahan pada TP53 telah dihubungkan dengan kekambuhan sel kanker squamosa dari kepala dan leher yang sukar disembuhkan melalui penanganan radiasi. Penanganan di masa yang akan datang boleh jadi melibatkan restorasi dari fungsi TP53.
Penelitian-penelitian yang penting juga mendemonstrasikan bahwa komorbiditas dan penampilan status yang memprediksikan kelangsungan hidup, tidak bergantung pada tingkat diagnosa. Penampilan status telah ditunjukkan sebagai sebuah alat untuk memprediksi kelangsungan hidup yang bebas dari tumor, node regional, dan tingkatan metastasis (TNM). Banyak pasien kanker kepala dan leher menderita akibat masalah kesehatan lainnya yang berhubungan dengan rokok, dan penggunaan alkohol, dan hal tersebut dapat menghasilkan penurunan kelangsungan hidup melebihi meski pada kanker tertentu sekalipun. Ribeiro dan rekannya menemukan bahwa mengkonsumsi alkohol setiap hari, merokok, index berat badan yang kecil, dan komorbiditas lainnya memiliki pengaruh yang bebas terhadap prognosis. Sebagaimana didiskusikan sebelumnya, memang terdapat bentuk yang lebih agresif dari sel karsinoma squamosa yang mempengaruhi pasien yang lebih muda, tetapi data dari Sumber Data Kanker Nasional mengindikasikan bahwa pasien yang lebih muda memiliki keuntungan kelangsungan hidup yang paling mungkin berhubungan dengan komorbiditas mereka yang kurang. Seringkali kurva kelangsungan hidup 5 dan 10 tahun dipengaruhi lebih banyak oleh komorbiditas ini disbanding dengan karakteristik umor yang direkam dengan sistem TNM (lihat diskusi di bawah). Sistem TNM akan melanjutkan untuk menjalani revisi untuk meningkatkan penggunaannya.
0 Response to "Rekurensi (Kekambuhan) dan Kelanjutan Pengawasan (Seri Perawatan Kanker Rongga Mulut)"
Post a Comment