Ulama Salafy Mengharamkan Demonstrasi, Paradoks-kah?













Ulama Salafy Mengharamkan Demonstrasi, Paradoks-kah?
Sebuah Sudut Pandang Buat Saudaraku Di Salafy

Pada masa awal invasi Israel terhadap Gaza di kotak Shoutbox saya ada ikhwah salafy yang berkomentar tentang sumbangan kita untuk masalah Palestina tidak usah demonstrasi! Cukup berdoa saja! Saya mengurut dada. Apakah saudara saya ini menutup mata? Lihatlah, betapa dahsyat efek tekanan dari aksi demontrasi di seluruh belahan dunia yang dilakukan oleh berbagai ras, agama dan kepercayaan terhadap pengambilan kebijakan di PBB? Tidak tahukah antum wa anti kalau mekanisme demokrasi sangat berbeda 180 derajat dengan diktatorisme monarki yang diterapkan Arab Saudi tempat ulama-ulama salafy (Allahu Yarham) kebanyakan bersemayam ? (catat : saya tidak setuju demokrasi dan monarki)

Kita sudah sering mendengar bahkan mungkin berdebat tentang fatwa haram demonstrasi yang dikeluarkan ulama-ulama salafy yang berbasis di daerah Hijaz. Saya sangat menghormati fatwa itu, dan banyak mengambil manfaat dari dalil-dalil yang beliau-beliau paparkan. Fatwa larangan tersebut sudah banyak dibantah oleh ulama-ulama yang sekufu (walaupun tidak diakui sekufu oleh ikhwah salafy) dengan ulama salafy. Tetapi saya tidak akan membahas masalah dalil-dalilnya pada tulisan saya kali ini (wong saya bukan ustad kok! Apalagi ulama) Saya hanya ingin menganalisa dari sisi sejarah dan politik, mengapa sesuatu yang hanya menjadi uslub, metode atau cara seperti demonstrasi yang hukum asalnya adalah mubah, mati-matian diharamkan oleh ulama-ulama salafy.

Pertama-tama, saya ingin tegaskan walaupun dibantah seribu macam dalil shahihah, salafy dari sisi sejarah adalah sebuah HARAKAH atau “GERAKAN”. Bahkan gerakan salafy lebih revolusioner dan ekstrim daripada gerakan Ikhwanul Muslimin. Kalau dalam gerakan Ikhwanul Muslimin mengenal tahapan-tahapan yang cenderung evolusionis. Maka gerakan salafy terbentuk secara frontal, revolutif, dan makar.

Yang kedua, saya sangat menghargai ulama-ulama salaf. Saya kagum dengan komitmen beliau-beliau terhadap pemurnian aqidah kaum muslimin. Gerakan salafy juga banyak memberikan inspirasi atas lahirnya gerakan-gerakan pembaharuan (tajdid) di belakang hari.
Adapun secara umum argumen untuk mengharamkan demonstrasi adalah sebagai berikut:
1.Ikhtilat ketika demonstrasi
2.Meniru orang kafir
3.Menggembar-gemborkan aib penguasa
4.Harus menasehati pemimpin secara baik
Jawab saya :
1.Untuk poin 1, sebagai orang awam saya hanya bisa berpendapat bahwa ikhtilat itu adalah EFEK/AKIBAT dan bukan TUJUAN demonstrasi. Menjadi haram kalau niatannya untuk ikhtilat. Sama seperti memegang pisau, kalau tujuannya untuk memotong sayur tidak ada masalah, tapi kalau pisau tersebut digunakan untuk membunuh baru berdosa.
2.Sedangkan untuk poin 2, meniru orang kafir, dapat disamakan dengan penggunaan internet teknologi orang kafir. Kalau digunakan untuk belajar apakah berdosa? Tapi kalau dipakai untuk browsing situs porno pasti hukumnya berdosa. Jadi intinya demonstrasi cuma alat, halal-haramnya tergantung dari si pengguna
3.Nah, untuk poin 3 dan 4. Disini analisis saya akan diperdalam. Tahukah antum saudaraku bahwa sebenarnya syaikh Muhammad Ibn Abdul Wahhab hafidzahuLlah pelopor “gerakan” salafy ternyata melakukan perbuatan yang lebih “berdosa” (versi antum sendiri ya? Bukan berdosa versi saya) dari sekedar demonstrasi ? Apakah beliau bersabar dengan PENGUASA saat itu dan cuma berdoa dan menasehati diam-diam? Oh…tidak akhi/ukhti! Beliau MEMBERONTAK! Beliau melakukan KUDETA dan REVOLUSI! Tidak percaya ? Silahkan simak baik-baik ulasan sejarah saya dibawah ini :

Fakta sejarah yang tidak bisa dibantah bahwa kerajaan MONARKI modern Arab Saudi yang bertahta di Mekah dan Madinah saat ini berdiri diatas fondasi yang berdarah-darah dan penuh dengan intrik kudeta. Dengan berdalihkan pemurnian ajaran Islam, maka syaikh Muhammad Ibnu Abdul Wahhab menyebarkan dan mempelopori PEMBERONTAKAN, MAKAR, REVOLUSI dan KUDETA terhadap pemerintahan/penguasa yang sah yaitu khalifah Utsmaniyah yang menguasai tanah Hijaz saat itu. Termasuk diantara pengikutnya adalah penguasa Dar’iyah, Muhammad bin Saud (meninggal tahun 1178 H / 1765 M) pendiri dinasti Saudi, yang dikemudian hari menjadi mertuanya.

Pada tahun 1802, syaikh Muhammad Ibnu Abdul Wahhab menyerang Karbala-Irak, tempat dikebumikan jasad cucu Nabi Muhammad SAW, Husein bin Ali bin Abi Thalib. Karena makam tersebut dianggap tempat munkar yang berpotensi syirik kepada Allah. Dua tahun kemudian, beliau menyerang Madinah. Mereka masuk ke Mekkah pada 1806, dan merusak kiswah, kain penutup Ka’bah yang terbuat dari sutra. Kemudian merobohkan puluhan kubah di Ma’la.

“Gerakan” Salafy ini membuat Sultan Mahmud II, PENGUASA SAH Kerajaan Utsmani, Istanbul-Turki, murka. Dikirimlah prajuritnya yang bermarkas di Mesir, di bawah pimpinan Muhammad Ali, untuk melumpuhkannya. Pada 1813, Madinah dan Mekkah bisa direbut kembali. Gerakan “Salafy” surut. Tapi, pada awal abad ke-20, Abdul Aziz bin Sa’ud bangkit kembali mengusung gerakan ini. Tahun 1924, ia berhasil menduduki Mekkah, lalu ke Madinah dan Jeddah, memanfaatkan kelemahan Turki akibat kekalahannya dalam Perang Dunia I. Sejak itu, hingga kini, Dinasti Sa’ud dan didukung oleh ulama salafy mengendalikan pemerintahan di Arab Saudi.

Dari fakta sejarah itu telah terpampang dengan jelas! Bahwa gerakan salafy dimulai dengan gerakan makar terhadap penguasa sah! Penguasa kaum muslimin! khalifah umat islam! Benteng terakhir persatuan ummat! Tetapi anehnya sekarang, semenjak revolusi Makkah+Madinah oleh dinasti Saud, para pengikut gerakan ini menolak mengkritisi pemerintah dengan alasan menjaga kesatuan umat, menasehati secara ahsan, dan lain-lain. Bukankah itu sebuah paradoksal sejarah? Bukankah antum wa anti bisa melihat pertimbangan politik yang sangat kental dari fatwa tersebut? Apakah fatwa di negeri Hijaz tersebut bisa diterapkan di negeri seperti Indonesia?

Nah, yang menjadi pertanyaan? Argumen apalagi yang mendasari bahwa untuk menasehati pemerintah/penguasa harus secara diam-diam? Bukankah perbuatan nyata syaikh Muhammad Ibnu Abdul Wahhab lebih kuat nilainya daripada sekedar teori dan dalil-dalil? Renungkanlah wahai saudaraku…

Saya pernah berdiskusi tentang hal ini dengan salah satu senior saya dari Wahdah Islamiah yaitu dr. Ihsan Jaya (adik Ilham Jaya Lc). Beliau mengakui, dan memberikan perumpamaan kalau saja ulama-ulama Saudi membolehkan demonstrasi maka akan tumpah ruahlah seluruh mahasiswa Universitas2 di Saudi. Dan tentu saja akan menimbulkan korban jiwa yang tidak sedikit. Siapapun tahu, betapa represifnya dinasti Saud untuk menjaga hegemoni kekuasaannya. Nah khan!...masih berpikir bahwa di Indonesia ini demonstrasi itu mutlak diharamkan?

Beberapa minggu terakhir ini kita disuguhkan tontonan yang menyayat jiwa dan mengiris hati. Saudara-saudara kita di Palestina dibantai tanpa daya dan tanpa ampun oleh gerakan zionis Israel. Yang tragisnya, hampir semua pemimpin Negara Arab secara khusus dan dunia Islam secara umum hanya bisa jadi penonton, pengecam, pengutuk, tanpa bisa menekan Israel, bahkan ada yang diam membisu tak berkutik dibawah bungkaman Amerika.

Ada 2 negara yang sangat saya sesalkan dalam “kediam-an” yang memiriskan itu, yaitu Arab Saudi dan Mesir. Saya tidak heran dengan Mesir atas sikap diam-nya karena latarbelakangnya sebagai negara sekuler dan fakta bahwa Mesir berbatasan langsung dengan Israel. Saya tidak heran, tapi tidak membenarkan.

Yang menjadi sorotan saya dalam tulisan ini adalah negara yang menjadi sentral peribadatan kaum muslimin yaitu Arab Saudi. Kita tahu bahwa kerajaan ini didirikan dengan semangat dakwah dan pemurnian aqidah. Sebuah institusi besar yang meraup banyak dana dari ibadah haji, mendapatkan banyak berkah berupa sumber minyak yang melimpah dimana-mana. Tetapi diam seribu bahasa dan tak sanggup menegakkan harga diri kaum muslimin yang diinjak di depan ujung hidung mereka. Yang anehnya, da’i yang berasal dari sana (Arab Saudi) mayoritas sangat garang ketika mencecar saudaranya seiman tetapi sunyi senyap ketika menyaksikan penguasanya bermesraan dengan negeri kafir Amerika.

Contoh nyata adalah ketika diadakan pelaksanaan pertemuan pemimpin Islam di sebuah negara Arab (lupa yang mana..). Dimana di dalam pertemuan tersebut diadakan audiensi dengan HAMAS untuk mencari solusi atas permasalahan Gaza. Mesir dan Arab Saudi menolak hadir dengan berbagai macam alasan. Sebuah kenyataan yang membuat saya meneteskan airmata. Haruskah alasan politik menghalangi anda untuk sekedar bersilaturrahim dengan saudara anda yang sedang berjibaku mempertahankan sebidang negerinya dari kaum kafir? Kalau saja Rasul SAW masih hidup, apa argumen yang akan anda paparkan kepada beliau? Beranikah anda menatap wajah beliau? Oh.. afwan ya Rasul, saya tidak bisa hadir karena saya takut dituduh oleh kafir Amerika berkomplot dengan organisasi teroris seperti HAMAS. Ya Allah ya Rabbi..dimana hati pemimpin kaum muslimin ?
Ayna Antum Ya Amiirul Muslimun??

Darah seorang Muslim itu lebih berharga dari Ka’bah dan sekitarnya. Ingatlah mereka (pembesar Saudi) memiliki kemampuan untuk menghentikan kebrutalan Israel. Mana kekayaan jazirah Arab dari hasil devisa kota mekah yang tiap tahunnya mendatangkan jutaan bahkan milyaran dollar? Istana-istana di Arab juga sudah dipenuhi oleh anak-anak Adam yang krisis kemanusiaan. Apakah ini ajaran Rasulullah mengajarkan kita berdiam diri melihat saudara muslim kita dibantai? Dilecehkan harga dirinya?

Pandanglah secara jujur, obyektiflah! Tanyakan hati nurani, gerakan Ikhwanul Muslimin yang anda bid’ahkan mati-matian mungkin lebih mulia di sisi Allah karena telah membuktikan amal nyatanya berupa jihad mempertahankan kiblat pertama umat Islam.

Banyak fakta-fakta sejarah yang ditorehkan oleh perkembangan salafy yang cenderung untuk (maaf) memecah belah Islam dari dalam, contohnya adalah :
1.Ibnu Saud dan syaikh Abdul Wahhab memberontak, kudeta, makar dan revolusi terhadap pemerintahan Islam yang sah, yaitu Kekhalifahan Utsmani.
2.Ibnu Saud dan syaikh Abdul Wahab memberikan ‘konstribusi’ yang sangat besar terhadap perpecahan umat Islam diseluruh dunia, sebab mereka sejak pertama pendirian kerajaannya sampai detik ini tidak mencoba untuk mendirikan kekhalifahan Islam sebagai sarana pemersatu yang mutlak bagi kaum Muslimin dunia, tetapi mereka malah cenderung menerapkan pemerintahan monarki kuno kekeluargaan saja khusus untuk bangsanya sendiri disekitar jazirah Arab. Oleh sebab itu pulalah maka gerakan salafy sangat bertanggung jawab terhadap merebaknya faham-faham diluar Islam (kafir) ke dalam lingkungan kaum muslimin seperti : materialisme, sekularisme, atheisme serta faham-faham buatan makhluk yang lainnya.
3.Sifatnya yang selalu meminta bantuan dari kaum kafir yang digunakan untuk menyerang dan membunuh kaum Muslimin rupanya tetap dipertahankan sampai dengan detik ini. Sangat nyata didepan kita bahwa para pembesar Saudi mengulangi perbuatannya dengan meminta bantuan kafir (USA cs) demi mempertahankan kekuasaannya dengan jalan menempatkan pasukannya (mendirikan base camp) di wilayah yang dianggap memiliki makna yang dalam bagi kaum Muslimin. Malah berperang dengan Iraq yang MASIH kategori muslim (walaupun sesat), ikut membantu Amerika.

Bukankah Allah dengan tegas melarang mengambil orang-orang kafir sebagai penolong seperti penjelasan dari Alquran Surat An Nisa ayat 139???
Semoga kita semua terlindung dari Perpecahan, Taqlid A’ma serta Ujub Atas Ilmu

29 Responses to "Ulama Salafy Mengharamkan Demonstrasi, Paradoks-kah?"

  1. Masya ALLAH...tetap hidupkan semangat berjuang dengan mengekspresikan kebenaran dengan kekuatan nyata HAK Muslimin...
    Yang pasti kita TIDAK sampe pada titik pelanggaran besar yang PARAH.
    Sebagaimana sebuah riwayat yang intinya bermakna...menghindari manfaat yang besar jauh lebih baik dari pada mengambil mudhorat yang kecil.
    OK, akhi...kami dukung perjuangannya...

    ReplyDelete
  2. ya dipikir pake otak ente yang kotor dan bahlul, ya nggak nyambung Bang! tapi kalo dikembalikan kepada pemahaman ahlus sunnah wal jamaah, generasi pertama, insyaALLAH ada jalan keluarnya.

    ReplyDelete
  3. Halah...pengecut ente...berani komen doang...kalau mau diskusi...kasi linkmu...jgn asal sambar gak pake dalil...hehehehe

    ReplyDelete
  4. Artikel yang bagus, tapi sayang tidak disebutkan dalil-dalil ulama yang membolehkan demonstrasi. Mengenai ikhtilat di demonstrasi yg kata Anda adalah efek, alangkah baiknya jika efek itu di eliminir dengan tidak mengikutkan akhawat dlm demonstrasi, sy kira ini lebih logis, sesuai syariat -paling tidak mendekatinya-
    Lebih bagus lagi klo Anda paparkan tata cara berdemonstrasi tanpa melanggar syari'at, dengan begitu mungkin akan lebih mencerahkan.
    Mengenai Syaikh Abdullah bin Wahab Rahimahullah, akan lebih adil jika kita melihat efek dari 'pemberontakan' beliau, dimana pada saat itu terjadi fitnah yang besar; kesyirikan merajalela -penyembahan kuburan dan sebagainya-, bid'ah dan khurafat menjadi tradisi di dukung oelh penguasa pada saat itu. Dan alhamdulillah kemurnian tauhid -yg merupakan perkara terpenting di atas segalanya- yang masih kita nikmati sekarang ini bukan tidak mungkin adalah berkat jasa 'pemberontakan' beliau.
    wallahu a'alam

    ReplyDelete
  5. Artikel yang bagus, tapi sayang tidak disebutkan dalil-dalil ulama yang membolehkan demonstrasi. Mengenai ikhtilat di demonstrasi yg kata Anda adalah efek, alangkah baiknya jika efek itu di eliminir dengan tidak mengikutkan akhawat dlm demonstrasi, sy kira ini lebih logis, sesuai syariat -paling tidak mendekatinya-
    > Hehehe...afwan ustad...saya bukan ulama...jadi bukan kompetensi saya untuk dalilnya, masuk kategori penuntut ilmupun saya masih jauh di bawah level paling rendah. Karena saya suka sejarah dan dikit2 politik saya ingin menyorotinya dari sisi itu.

    Lebih bagus lagi klo Anda paparkan tata cara berdemonstrasi tanpa melanggar syari'at, dengan begitu mungkin akan lebih mencerahkan.
    > Saya cuma memberikan sudut pandang lain ustad. Ttg hal itu, antum bisa bertanya kepada yang lebih tahu.
    Mengenai Syaikh Abdullah bin Wahab Rahimahullah, akan lebih adil jika kita melihat efek dari 'pemberontakan' beliau, dimana pada saat itu terjadi fitnah yang besar; kesyirikan merajalela -penyembahan kuburan dan sebagainya-, bid'ah dan khurafat menjadi tradisi di dukung oelh penguasa pada saat itu. Dan alhamdulillah kemurnian tauhid -yg merupakan perkara terpenting di atas segalanya- yang masih kita nikmati sekarang ini bukan tidak mungkin adalah berkat jasa 'pemberontakan' beliau.
    > Yup, sepakat! Saya cuma ingin menunjukkan fakta bahwa toh Syaikhul Islam kita juga melakukan itu. Apakah salah kalau hal itu kembali terulang di zaman kita. Atau adakah hukum khusus yang berlaku buat beliau?
    wallahu a'alam

    ReplyDelete
  6. mungkin antum harus memahami dulu apa itu salafy...
    yg perlu antum tahu bahwa salafy bukanlah sebuah gerakan yang dimulai oleh syekh abdul wahab seperti yang antum sebutkan.

    namun, salafy adalah sebuah penisbatan terhadap generasi salaf, yakni 3 generasi terbaik yang disebut dalam hadits:

    "sebaik baik generasi adalah generasiku (sahabat), kemudian yang setelahnya (tabi'in), kemudian yang setelahnya (tabi'ut tabi'in)." (HR.Muslim)

    Inti dari pemahaman salafy, adalah berpegang teguh pada Al-Qur'an dan As-Sunnah, sesuai dengan pemahamannya para sahabat. Mengapa para sahabat? karena mereka adalah generasi terbaik umat islam, mereka diajar langsung oleh Rasulullah, mereka org2 yang paling paham ilmu agama setelah Rasulullah, Rasulullah menyuruh kita untuk berpegang teguh pada sunnah-nya dan sunnah para sahabatnya (hadits irbadh bin syariah, riwayat tirmidzi, nasa'i, dll - lihat di hadits arbain an-nawawi, no.28), Allah telah memuji dan menjamin mereka dalam banyak ayat (salah satunya:At taubah ayat 100). dan banyak lagi dalil-dalil yang menyatakan wajibnya mengikuti jalan para sahabat.

    dan tentang syekh abdul wahab, antum bisa baca penjelasannya di
    http://assalafi.wordpress.com/2007/09/03/siapakah-wahhabi/Intinya, segala sesuatu harus kita timbang dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah, bukan dengan sekedar akal dan perasaan. Karena akal dan perasaan setiap manusia itu berbeda-beda. Sedangkan Al-Qur'an dan As-Sunnah isinya selalu tetap hingga akhir zaman.

    No Offense ya akhi, salam kenal, saya mahasiswa FKG UI, asal Kendari.

    =)

    Barakallahu fiikum

    ReplyDelete
  7. InsyaAllah saya tahu defenisi salaf. Tapi yang mengklaim dirinya the only salaf in this world itulah yang saya sayangkan pandangan2nya.

    Kita khan bisa berteori bahwa melakukan harakah itu salah, atau berghibah itu salah. Tetapi ternyata kita sendiri yang melakukan. nah disini antum tidak membantah dengan argumen fakta terhadap tulisan saya. karena apa yang saya paparkan disini adalah ilmu agama. Oklah, that's enough bahwa polemik haramnya berharakah sudah disepakati oleh ulama hijaz dan yaman. Tetapi, saya ingin menunjukkan sisi yang lain. Disini saya menunjukkan FAKTA bukan pakai akal dan perasaan. Saya bukan meraba-raba pakai penafsiran tetapi memaparkan dengan uraian sejarah yang nyata dan jelas. Antum tidak mengungkap kelemahan fakta sejarah yang saya ungkap! Cuma bilang, jangan pakai akallah! Loh? Ini khan bukan teori fiqh bro! Ini fakta sejarah! Fakta bahwa Syaikh Abdul Wahhab ternyata MEMBERONTAK terhadap pemerintah dan khalifah yang sah! Apakah beliau maksum sehingga semua perbuatannya tidak salah? Sedangkan jikalau ada orang di masa kini yang mengkritisi pemerintah antum malah larang dengan berbagai macam dalil. Itu khan aneh??

    Sama seperti dipengadilan. Ada seorang ustad yang mengatakan bahwa membunuh itu haram. Eh malah terbukti dia pernah membunuh, terungkap faktanya (bukan dalil ya!) Terus si murid2 ustad ini tetap ngotot mengatakan bahwa membunuh itu haram, dan ustad tadi tidak membunuh. Nah lho? nyambung kagak pembelaannya???

    Sekali lagi, saya menghormati ulama, karena merekalah pewaris para nabi. Tapi tidak lantas mereka maksum khan???????
    Wallahu ta'ala 'alam.

    ReplyDelete
  8. Maksud saya bukan ilmu agama. (paragraf 2 kalimat 2)

    ReplyDelete
  9. tidak ada ikhwah salafy yang mengklaim dirinya the only salaf in this world seperti yg antum bilang.

    oke2...
    pertama, kalo memang benar itu fakta sejarah, mungkin ada baiknya antum menyertakan sumber/referensinya

    kedua, kalo memang antum paham apa makna salafy, seharusnya antum tidak berpendapat seperti tulisan antum dong. Dalam tulisan antum, antum seakan-akan menganggap bahwa salafy adalah sebuah kelompok yang dikepalai oleh syekh abdul wahab. Sehingga ketika kata antum syekh abdul wahab memberontak (terlepas benar atau tidaknya sejarah tsb), maka ulama salafy sekarang tidak boleh melarang oleh berdemonstrasi. Ini lebih aneh lagi akhi, karena ulama salafy sekarang melarang demonstrasi dengan hujjah dan dalil2 yang kuat. Dan tidak ada hubungannya dengan apa yg dilakukan syekh abdul wahab. Kalaupun benar, syekh abdul wahab melakukan kesalahan dengan memberontak. Lantas apakah ini menjadi penghalang para ulama sekarang untuk mengatakan yang haq dengan memaparkan kerusakan2 demonstrasi?

    Benar kata antum kalo ulama tak ada yang maksum, termasuk syekh abdul wahab. Jadi kalo beliau melakukan kesalahan, wajar dong.

    Pelarangan demonstrasi oleh ulama salafy terhadap demonstrasi didasarkan pada dalil-dalil yang kuat. Apakah dengan perbuatan satu orang, maka dalil2 tersebut menjadi tidak berguna? Sungguh yang demikian adalah cara berpikir yang sangat tidak bijak.

    Dan salah satu akhlak yang baik dari salafy, adalah mereka selalu mengakui kesalahan da'i/ulama-ulamanya. Karena seperti yg antum bilang, tidak ada yang maksum. Maka sangat mungkin ulama-ulama salafy melakukan kesalahan.

    Selain itu, pada poin ke tiga dan keempat tentang larangan demonstrasi dalam tulisan anda. Antum sama sekali tidak dapat membantah keburukan demonstrasi yakni membuka aib penguasa, dan menasehati harus dengan cara yang baik. Antum hanya memaparkan bahwa syekh abdul wahab begini dan begini. Dan itu tidak lain hanyalah pendiskkreditan terhadap salafy, tanpa ada pembantahan terhadap syubhat demonstrasi itu sendiri.

    Dan ingat akhi, syekh abdul wahab bukan pendiri gerakan salafy. salafy bukan organisasi, gerakan, atau partai dengan seorang kepala/pemimpin. Salafy telah ada jauh sebelum syekh abdul wahab ada.

    Mengapa antum tidak mengambil sejarah2 ulama sebelum syekh abdul wahab, yang semuanya menyerukan untuk taat kepada pemerintah, melarang untuk memberontak dan hal-hal lain yang sejalan dengan apa yang ulama salafy kontemporer serukan. Mengapa hanya syekh abdul wahab yang antum jadikan patokan ulama salafy?

    makanya ana ngasi antum link, supaya antum bisa membandingkan ulasanan tentang syekh abdul wahab. Semoga sudah dibaca.

    Kemudian, pengandaian yang antum buat:
    "Sama seperti dipengadilan. Ada seorang ustad yang mengatakan bahwa membunuh itu haram. Eh malah terbukti dia pernah membunuh, terungkap faktanya (bukan dalil ya!) Terus si murid2 ustad ini tetap ngotot mengatakan bahwa membunuh itu haram, dan ustad tadi tidak membunuh. Nah lho? nyambung kagak pembelaannya???"

    ini sama sekali tidak sama dengan kenyataan yang terjadi. Ulama salafy sekarang mengatakan demonstrasi dan memberontak itu haram, dengan dalil-dalil syar'i, itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan apa yang dilakukan syekh abdul wahab pada waktu itu. Kalo memang benar syekh abdul wahab pada waktu itu memberontak, maka berarti ia telah melakukan kesalahan. Dan masing-masing orang akan bertanggung jawab terhadap apa yang ia lakukan. Ulama salafy sekarang tidak sedang melakukan pembelaan terhadap syekh abdul wahab, tapi sedang memaparkan tentang hukum demonstrasi berdasarkan Al-Qur'an wa Sunnah.Maka jangan dicampuradukkan, kalau mau membantah demonstrasi, yah bantah secara langsung, misalnya:
    mereka mengatakan a karena b, ini tidak benar seharusnya c karena d. Jadi lebih jelas...

    Wallahu ta'ala a'lam bi shawab
    barakalallahu fiikum

    ReplyDelete
  10. tidak ada ikhwah salafy yang mengklaim dirinya the only salaf in this world seperti yg antum bilang.
    > Itu persepsi antum sayang. Saya minta maaf sebelumnya karena tdk menjelaskan maksud kata “salafy” yang saya tulis diatas. Semua orang beriman pastilah ingin disebut salafy (pengikut generasi salaf) tetapi yang saya singgung disini adalah salafy yang pakai tanda petik : “salafy”

    oke2...
    pertama, kalo memang benar itu fakta sejarah, mungkin ada baiknya antum menyertakan sumber/referensinya
    > Ya Allah saudaraku sayang… Sebegitu sempitnyakah engkau memandang tulisan saya? Riwayat bahwa Syaikh Muhammad Ibn Abdul Wahhab hafidhahuLlah memberontak terhadap KHALIFAH yang sah sudah mutawatir akhi! Diriwayatkan melalui banyak jalur! Cuma penafsirannya yang berbeda-beda! Antum pasti tahulah siapa amirul muslimin sedunia pada saat itu. Pemimpin dunia Islam pada saat itu (antum akui atau tidak) adalah kesultanan Utsmani Turki yang mengelola dan menguasai Makkah dan Madinah pada saat itu. Dan (antum akui atau tidak) Syaikhul Islam kita ini melakukan “gerakan pemurnian aqidah”. Bukan hanya protes beliaunya, tapi sampai berjihad! Nah, yang menjadi pertanyaan saya : Apa bedanya antara pemimpin darul-darul Islam saat ini dengan amirul muslimin/khalifah yang SAH pada saat Syaikh Muhammad Ibn Abdul Wahhab hafidhahuLlah masih hidup? Berbedakah kesesatannya?


    kedua, kalo memang antum paham apa makna salafy, seharusnya antum tidak berpendapat seperti tulisan antum dong.
    >Terimakasih atas nasehatnya. Cuma kita berbeda pandang akhi, Dalam manhaj berislam yang saya yakini, saya mengambil pendapat dari berbagai ulama ahlus sunnah tanpa saya kotak2an. Saya mengambil manfaat dari buku2 Al Banna, Qaradhawi, Sayyid Sabiq, saya juga mengambil manfaat dari buku2 Albani, Utsaimin, Rabi bin Hadi, selain para ulama2 terdahulu seperti Imam Ibnu Taimiyah, Imam Ibnu Hajar, dst.
    'Salafy' yang saya sebut di tulisan ini, itu lebih saya tujukan kepada segelintir umat Islam di Indonesia yang taqlid/taashub pada kelompoknya atau ulama tertentu, dan cenderung menyalahkan siapapun di luar kelompoknya. Sementara saya tidak membeda2kan ulama2 ahlus sunnah, selama dasar ijtihad/fatwa mereka jelas, merujuk kepada nash2 shahih.


    Dalam tulisan antum, antum seakan-akan menganggap bahwa salafy adalah sebuah kelompok yang dikepalai oleh syekh abdul wahab.
    > Itu “salafy” akhi…bukan pengikut salaf. Kalau antum tersindir, saya tidak tanggungjawab.

    Sehingga ketika kata antum syekh abdul wahab memberontak (terlepas benar atau tidaknya sejarah tsb)
    > Tuh kan…masih dipermasalahkan lagi, lihatlah sejarah dakwah syaikh Abdul Wahhab. Satu saja pertanyaan sederhana saya, Apakah Syaikh Abdul Wahhab keturunan raja Mekah? Dinasti Saudi itu darimana sih? Kok bisa-bisanya dia yang jadi raja di Mekah/Madinah saat ini? Sudah jelas, beliau-beliau ini “merebut”! Bukan mewarisi, bukan penguasa pada awal semula jadinya. Dan sejarahpun mencatat, banyak darah orang muslim tertumpah pada kejadian ini.

    maka ulama salafy sekarang tidak boleh melarang oleh berdemonstrasi. Ini lebih aneh lagi akhi, karena ulama salafy sekarang melarang demonstrasi dengan hujjah dan dalil2 yang kuat.
    > Inilah yang saya sebut kerancuan dan keanehan. Saya juga bingung sendiri….

    Dan tidak ada hubungannya dengan apa yg dilakukan syekh abdul wahab. Kalaupun benar, syekh abdul wahab melakukan kesalahan dengan memberontak. Lantas apakah ini menjadi penghalang para ulama sekarang untuk mengatakan yang haq dengan memaparkan kerusakan2 demonstrasi?
    > Tidak ada yang menjadi penghalang akhi, silahkan berpendapat seperti itu. Ini hanya otokritik saya terhadap ulama2 di bagian Makkah/;Madinah.

    Benar kata antum kalo ulama tak ada yang maksum, termasuk syekh abdul wahab. Jadi kalo beliau melakukan kesalahan, wajar dong.
    > Ini baru saya sepakat!

    Apakah dengan perbuatan satu orang, maka dalil2 tersebut menjadi tidak berguna?
    > Saya juga sepakat akan hal ini.

    ReplyDelete
  11. Selain itu, pada poin ke tiga dan keempat tentang larangan demonstrasi dalam tulisan anda. Antum sama sekali tidak dapat membantah keburukan demonstrasi yakni membuka aib penguasa, dan menasehati harus dengan cara yang baik. Antum hanya memaparkan bahwa syekh abdul wahab begini dan begini. Dan itu tidak lain hanyalah pendiskkreditan terhadap salafy, tanpa ada pembantahan terhadap syubhat demonstrasi itu sendiri.
    > Demonstrasi menurut saya ada sepakatnya ada tidaknya. Mengenai membuka aib penguasa akan ada tulisan saya tersendiri. Tunggu saja ya…hehehe Lagi sibuk nih….

    Dan ingat akhi, syekh abdul wahab bukan pendiri gerakan salafy. salafy bukan organisasi, gerakan, atau partai dengan seorang kepala/pemimpin. Salafy telah ada jauh sebelum syekh abdul wahab ada.
    > Waduh..hanya orang JIL yang menganggap bahwa Syaikh Abdul Wahhab itu pendiri salafy. Janganlah antum memandang saya serendah itu sayang…Beliau adalah seorang pembaharu. Sama seperti saya memandang Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Syaikh Hasan Al Banna (sesat lagi nih..hehehe) dll.

    Dan salah satu akhlak yang baik dari salafy, adalah mereka selalu mengakui kesalahan da'i/ulama-ulamanya.
    > Seharusnya itu bukan semata prinsip “salafy” akhi, tapi harusnya prinsip semua orang mukmin didunia ini. Mengkotak-kotakkan muslim seperti itu, sebenarnya memecah belah umat secara tidak langsung.
    Mengapa antum tidak mengambil sejarah2 ulama sebelum syekh abdul wahab, yang semuanya menyerukan untuk taat kepada pemerintah, melarang untuk memberontak dan hal-hal lain yang sejalan dengan apa yang ulama salafy kontemporer serukan. Mengapa hanya syekh abdul wahab yang antum jadikan patokan ulama salafy?
    > Semuanya? Yakin nih??????

    makanya ana ngasi antum link, supaya antum bisa membandingkan ulasanan tentang syekh abdul wahab. Semoga sudah dibaca.
    > Alhamdulillah, saya membaca profil beliau sudah sejak lama, sejak masih maba di tahun 2001.

    ini sama sekali tidak sama dengan kenyataan yang terjadi. Ulama salafy sekarang mengatakan demonstrasi dan memberontak itu haram,
    > Ulama salafy yang anda maksud itu saya yakin pasti yang berdomisili di wilayah hijaz dan wilayah Yaman. Yakin-seyakinnya….Mengkotakkan ulama yang bisa diambil pendapatnya. Bukan berbasis pada rujukan yang diambil ulama tersebut.…sayang….

    Kalo memang benar syekh abdul wahab pada waktu itu memberontak, maka berarti ia telah melakukan kesalahan.
    > Antum yang bilang loh..bukan saya. Kalau saya, saya menghormati beliau sebagai ulama.

    Dan masing-masing orang akan bertanggung jawab terhadap apa yang ia lakukan. Ulama salafy sekarang tidak sedang melakukan pembelaan terhadap syekh abdul wahab, tapi sedang memaparkan tentang hukum demonstrasi berdasarkan Al-Qur'an wa Sunnah.Maka jangan dicampuradukkan, kalau mau membantah demonstrasi, yah bantah secara langsung, misalnya:
    mereka mengatakan a karena b, ini tidak benar seharusnya c karena d. Jadi lebih jelas...
    > Tunggu tulisan saya ya…hehehehe

    Wallahu ta'ala a'lam bi shawab
    barakalallahu fiikum
    > Wa iyyakum….

    ReplyDelete
  12. hmm...sayang sekali. Sebagai penulis yang baik seharusnya antum bisa menjaga keilmiahan tulisan antum dengan menunjukkan referensi (tentang memberontaknya syekh abdul wahab).

    Alhamdulillah saya telah mendapat sumber untuk mengklarifikasi hal tersebut:

    Tuduhan: Bahwa beliau sebagai Khawarij, karena telah memberontak terhadap Daulah ‘Utsmaniyyah. Al-Imam Al-Lakhmi telah berfatwa bahwa Al-Wahhabiyyah adalah salah satu dari kelompok sesat Khawarij ‘Ibadhiyyah, sebagaimana disebutkan dalam kitab Al-Mu’rib Fi Fatawa Ahlil Maghrib, karya Ahmad bin Muhammad Al-Wansyarisi, juz 11.

    Bantahan:
    Adapun pernyataan bahwa Asy-Syaikh telah memberontak terhadap Daulah Utsmaniyyah, maka ini sangat keliru. Karena Najd kala itu tidak termasuk wilayah teritorial kekuasaan Daulah Utsmaniyyah5. Demikian pula sejarah mencatat bahwa kerajaan Dir’iyyah belum pernah melakukan upaya pemberontakan terhadap Daulah ‘Utsmaniyyah. Justru merekalah yang berulang kali diserang oleh pasukan Dinasti Utsmani.
    Lebih dari itu Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab mengatakan –dalam kitabnya Al-Ushulus Sittah–: “Prinsip ketiga: Sesungguhnya di antara (faktor penyebab) sempurnanya persatuan umat adalah mendengar lagi taat kepada pemimpin (pemerintah), walaupun pemimpin tersebut seorang budak dari negeri Habasyah.”
    Dari sini nampak jelas, bahwa sikap Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab terhadap waliyyul amri (penguasa) sesuai dengan ajaran Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, dan bukan ajaran Khawarij.

    Mengenai fatwa Al-Lakhmi, maka yang dia maksudkan adalah Abdul Wahhab bin Abdurrahman bin Rustum dan kelompoknya, bukan Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan para pengikutnya. Hal ini karena tahun wafatnya Al-Lakhmi adalah 478 H, sedangkan Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab wafat pada tahun 1206 H /Juni atau Juli 1792 M. Amatlah janggal bila ada orang yang telah wafat, namun berfatwa tentang seseorang yang hidup berabad-abad setelahnya. Adapun Abdul Wahhab bin Abdurrahman bin Rustum, maka dia meninggal pada tahun 211 H. Sehingga amatlah tepat bila fatwa Al-Lakhmi tertuju kepadanya. Berikutnya, Al-Lakhmi merupakan mufti Andalusia dan Afrika Utara, dan fitnah Wahhabiyyah Rustumiyyah ini terjadi di Afrika Utara. Sementara di masa Al-Lakhmi, hubungan antara Najd dengan Andalusia dan Afrika Utara amatlah jauh. Sehingga bukti sejarah ini semakin menguatkan bahwa Wahhabiyyah Khawarij yang diperingatkan Al-Lakhmi adalah Wahhabiyyah Rustumiyyah, bukan Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan para pengikutnya6.

    Lebih dari itu, sikap Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab terhadap kelompok Khawarij sangatlah tegas. Beliau berkata –dalam suratnya untuk penduduk Qashim–: “Golongan yang selamat itu adalah kelompok pertengahan antara Qadariyyah dan Jabriyyah dalam perkara taqdir, pertengahan antara Murji`ah dan Wa’idiyyah (Khawarij) dalam perkara ancaman Allah Subhanahu wa Ta'ala, pertengahan antara Haruriyyah (Khawarij) dan Mu’tazilah serta antara Murji`ah dan Jahmiyyah dalam perkara iman dan agama, dan pertengahan antara Syi’ah Rafidhah dan Khawarij dalam menyikapi para shahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.” (Lihat Tash-hihu Khatha`in Tarikhi Haula Al-Wahhabiyyah, hal 117). Dan masih banyak lagi pernyataan tegas beliau tentang kelompok sesat Khawarij ini.

    sumber: http://www.darussalaf.org/myprint.php?id=130


    Nah..bagaimana akhi? jadi sebenarnya syekh abdul wahab tidak pernah memberontak lho. Makanya saya berharap antum baca dulu sumber saya itu. Kalau memang ingin dibantah ya silahkan, yang penting baca dulu, siapa tau itu yang benar, dan apa yang antum yakini selama ini salah. Apa susahnya sih baca doang? hehe =)

    ReplyDelete
  13. Kalau bukan wilayah Turki Utsmani, lalu wilayah siapa? Wilayah tak bertuan, tanpa kepemimpinan? Bukankah kalian tahu, “60 tahun di bawah pemimpin zhalim lebih baik daripada semalam tanpa pemimpin”? Lagi pula, bagaimana dengan wilayah Hejaz, Madinah dan Makkah? Apkah Saudi hanya meliputi Najd saja?

    ReplyDelete
  14. Kalau bukan wilayah Turki Utsmani, lalu wilayah siapa? Wilayah tak bertuan, tanpa kepemimpinan? Bukankah kalian tahu, “60 tahun di bawah pemimpin zhalim lebih baik daripada semalam tanpa pemimpin”? Lagi pula, bagaimana dengan wilayah Hejaz, Madinah dan Makkah? Apkah Saudi hanya meliputi Najd saja?

    Adapun Muhammad bin Saud memberontak kepada Penguasa Khilafah Turki Utsmani, ia adalah fakta yang tidak bisa diingkari lagi. Waktu itu terjadi peperangan antara Ibnu Saud dengan pasukan Turki Utsmani yang dikerahkan dari Mesir. Peperangan ini adalah resmi atas mandat Khilafah Utsmaniyyah Turki. Kalau bukan pemberontakan, tentu Turki Utsmani akan membiarkannnya saja. Bahkan akibat pemberontakan itu, Raja Abdullah, pengganti Muhammad Saud, suatu saat ditangkap, lalu dibawa ke Turki, kemudian dihukum mati disana. Tidak mungkin akan terjadi hukuman itu, kalau masalahnya sepele saja. Akui saja Saudi memberontak ke Penguasa Turki Utsmani, wong memang kenyataannya seperti itu.

    Para Salafi berdalih bahwa Najd waktu itu bukan wilayah Turki. Andai bukan masuk wilayah Turki, lalu masuk wilayah mana? Mungkin saja di Najd ada kerajaan mandiri yang terpisah dari Turki. Pertanyaannya, apakah kerajaan itu kerajaan Islam atau kafir? Kalau kerajaan Islam, tidak boleh ada dua orang imam (di Turki dan Najd). Salah satu dari imam itu harus ditumpas agar tidak menimbulkan onar. Lagi pula kerajaan dari Najd ini juga menguasai Makkah dan Madinah di Hejaz. Padahal semua orang tahu, siapa yang mengendalikan Makkah Madinah, dia memimpin Dunia Islam.

    Apa yang dilakukan pendiri-pendiri Saudi sebenarnya adalah pemberontakan kepada kepemimpinan Turki Utsmani yang sah. Tetapi dalam sejarah Islam, hal seperti itu sudah sering terjadi, jadi tidak aneh. Soal dosa ini dan itu, sepenuhnya ditanggung oleh tokoh-tokoh politik yang berkuasa.

    Bahkan ada satu bukti bahwa Raja Su’ud mengirim surat kepada Khalifah utk meminta perlindungan dan keadilan. Dan terlihat dalam muqoddimah surat tersebut, penghormatan dan pemuliaan terhadap keberadaan khalifah. Sedangkan penyebab runtuhnya khilafah engkau tidak mau tahu. Jika engkau ingin mengetahui pembahasan masalah ini, silakan engkau membaca majalah Adz-Dzakhirah edisi 16 ramadhan 1426 H dan edisi 17 Dzulqa’dah 1426 H. Dan satu hal yang harus dicamkan… hilangkan kebencian di hatimu agar bisa menelaah dengan benar!

    oh ya, link yang antum kasi : http://www.darussalaf.org/myprint.php?id=130 gak ada tuh tulisan ente sama sekali. lagipula itu situs salafi. jadi wajarlah referensinya kayak gitu. Saya minta dari ahli sejarah yang netral ya. Ok? Saya tunggu..

    ReplyDelete
  15. oh ya sorry, kayaknya linknya bermasalah , coba lihat di sini:
    http://assalafi.wordpress.com/2007/09/03/siapakah-wahhabi/
    sama aja kok.

    hehe, santai bro. Tidak ada kebencian di hati ana. Ana cuma mo ngasih antum perbandingan ajah, kalo gak diterima yah gapapa.

    Sepertinya Gak usah diperpanjang, karena memang sudut pandang kita berbeda. Semakin panjang diskusinya kayaknya semakin gak ketemu.

    Syukron utk diskusinya yg sangat menarik akh...
    Barakallahu fiika.

    ReplyDelete
  16. ni dia kalo baca sejarah setengah-setengah ...

    @iqbalsadira :

    dalam hadits sudah diketahui dengan jelas bahwa khilafah setelah khilafah ar rasyidah bukanlah khilafah yang memegang kekuasaan islam di seluruh dunia islam. Namun hanya satu dari beberapa pemimpin / kerajaan islam. makanya dinamakan daulah ustmaniyah bukah khalifah ustmani

    silakan baca bukhori muslim lagi deh ... tentang siapa dan apa itu dan bagaimana khilafah

    bahkan kita ketahui ada beberapa penguasa muslim yg semasa yg mana menamakan dirinya khalifah ... abbasiyah di baghdad dan umawiyah cordoba ...

    begitupun wilayah ustmani, para ahli sejarah (yang lebih pakar dari ente) saja membatasi wilayahnya qo ente masih maksa kalo itu masuk wilayah turki ustmani

    gak usah ngaco deh ... belajar lagi sebelum maksain pendapat ente yang ngaco itu

    yang kedua bahkan pemerintah palestina sendiri banyak berterima kasih atas bantuan saudi arabia kepada rakyatnya ... mereka yang lebih tau ... coba saja tanya para pemimpin palestina sendiri bahkan dari fraksi hamas ...

    sudahlah jangan jadi keras kepala begitu

    selanjutnya lucu membaca bagaimana ente mengomentari ikhtilath dengan menganalogikan dengan pisau padahal ente bilang pisau itu efek seharusnya kalo logika ente itu beres yang dijadikan dianalogikan sebagai pisau itu demonstrasi dan yang dijadikan hasil adalah ihtilath

    jadi kalo pisau (demonstrasi) itu untuk bacok penjahat/bela diri its ok (amar ma'ruf) ... tapi kalo akibatnya kita celaka (iktilath) yang diem aja

    tuh cocok kan ...
    silakan belajar analogi dulu deh ... (malu-maluin aja jadi orang sok pinter banyak ngomong salah lagi)

    masalah meniru orang kafir ... ya gak disamakan lah dengan internet ... ntu kan beda mas'alah
    jelas beda ...

    wong Rosululloh solallahu 'alaihi wasallam aja ikut pake stempel seperti orang romawi dan persi

    internet itu kan teknologi = stempel

    sedangkan

    demonstrasi itu cara dakwah = beragama

    nah kan logika ente terbukti gak beres lagi




    masalah saudi menerima bantuan dari pihak USA bukannya tidak diberi nasehat ... tapi apa ya semua nasehat harus terang terangan ...

    belajarlah dari al qur'an ...

    Alloh subhannahu wata'ala memerintahkan orang yang lebih sholeh daripada ente (Musa 'alaihi salam) untuk memberi nasehat orang yang lebih bejat (fir'aun) daripada raja saudi ... dengan kata-kata yang baik...

    begitupun imam asy syafi'i dalam diwan nya memberikan penjelasan bahkan orang seperti beliau (yang jelas lebih sholeh daripada ente dan lebih terbuka hatinya) menyatakan bahwa jika seseorang memberi nasehat di muka umum maka beliau tidak akan terima

    begitupun para shohabat saat diminta orang-orang awam untuk menasehati khalifah ustman bin affan radiyallohu 'anhuma mereka menjawab : haruskan kami menasehati (dia) di depan kalian ?

    jadi ...

    siapa toh yang kagak ngerti-ngerti ...
    saya kira para pembaca bisa menilai sendiri

    ReplyDelete
  17. Here comes the heros brother! wakakaka

    -“ni dia kalo baca sejarah setengah-setengah ...”
    - Ceile, emang ente sudah khatam gitu?

    ”@iqbalsadira : “
    - Kenapa say?


    “dalam hadits sudah diketahui dengan jelas bahwa khilafah setelah khilafah ar rasyidah bukanlah khilafah yang memegang kekuasaan islam di seluruh dunia islam. Namun hanya satu dari beberapa pemimpin / kerajaan islam. makanya dinamakan daulah ustmaniyah bukah khalifah ustmani”
    - Oo gitu ya, jadi harus dibunuh dong yang satunya? Kenapa orang2 seide ente dibiarkan aja? Tuh kan, udah mulai aneh logikanya disini.

    ”silakan baca bukhori muslim lagi deh ... tentang siapa dan apa itu dan bagaimana khilafah”
    - Silahkan juga baca sejarah yang terpampang lebar ya, anda membaca hadits tanpa melihat realita, baca sejarah jangan ngawur gitu ya…wakakakaka

    ”bahkan kita ketahui ada beberapa penguasa muslim yg semasa yg mana menamakan dirinya khalifah ... abbasiyah di baghdad dan umawiyah cordoba ... “

    begitupun wilayah ustmani, para ahli sejarah (yang lebih pakar dari ente) saja membatasi wilayahnya qo ente masih maksa kalo itu masuk wilayah turki ustmani

    ”gak usah ngaco deh ... belajar lagi sebelum maksain pendapat ente yang ngaco itu”
    -Makasih atas sarannya, ente sudah belajar juga gak?

    ”yang kedua bahkan pemerintah palestina sendiri banyak berterima kasih atas bantuan saudi arabia kepada rakyatnya ... mereka yang lebih tau ... coba saja tanya para pemimpin palestina sendiri bahkan dari fraksi hamas ...

    sudahlah jangan jadi keras kepala begitu”
    - Oh gitu tah? Buktine?

    ”selanjutnya lucu membaca bagaimana ente mengomentari ikhtilath dengan menganalogikan dengan pisau padahal ente bilang pisau itu efek seharusnya kalo logika ente itu beres yang dijadikan dianalogikan sebagai pisau itu demonstrasi dan yang dijadikan hasil adalah ihtilath

    jadi kalo pisau (demonstrasi) itu untuk bacok penjahat/bela diri its ok (amar ma'ruf) ... tapi kalo akibatnya kita celaka (iktilath) yang diem aja

    tuh cocok kan ... “
    - Nah logi siapa skrg yang gak beres, ane bilang alat dia bilang hasil..hahahaha

    “silakan belajar analogi dulu deh ... (malu-maluin aja jadi orang sok pinter banyak ngomong salah lagi)

    masalah meniru orang kafir ... ya gak disamakan lah dengan internet ... ntu kan beda mas'alah
    jelas beda ...”
    - Oh…gitu ya, tolong dijabarkan lebih gamblang dikit,


    ”wong Rosululloh solallahu 'alaihi wasallam aja ikut pake stempel seperti orang romawi dan persi

    internet itu kan teknologi = stempel

    sedangkan

    demonstrasi itu cara dakwah = beragama”
    - Jadi ente ngikut2 orang sekuler dong, memisahkan antara urusan duniawi dan akhirat. Katanya salafy, ah…gak bener logika ente ah…


    ”nah kan logika ente terbukti gak beres lagi”
    - Mulutnya sungguh berbisa…..gak bakal ente bisa berbuat apa2…



    ”masalah saudi menerima bantuan dari pihak USA bukannya tidak diberi nasehat ... tapi apa ya semua nasehat harus terang terangan ...”
    - HARUS, biar ummat tahu, para ulamanya tidak tinggal diam!

    ReplyDelete
  18. Entar jadi fitnah kan bahaya, kredibilitas ulama bisa diragukan sebagai pewaris nabi

    ”belajarlah dari al qur'an ...

    Alloh subhannahu wata'ala memerintahkan orang yang lebih sholeh daripada ente (Musa 'alaihi salam) untuk memberi nasehat orang yang lebih bejat (fir'aun) daripada raja saudi ... dengan kata-kata yang baik...”
    - Tapi dikritik terbuka kan? Nabi Musa AS gak datang menemui Firaun secara sembunyi2? Nyelinap di tengah malam, terus bilang ke FIraun, “eh Fir, tobat dong ente..” wakakaka, tidak kan? Tapi beliau datang, di depan ujung hidung Firaun, di depan orang banyak


    begitupun imam asy syafi'i dalam diwan nya memberikan penjelasan bahkan orang seperti beliau (yang jelas lebih sholeh daripada ente dan lebih terbuka hatinya) menyatakan bahwa jika seseorang memberi nasehat di muka umum maka beliau tidak akan terima “
    - Kitab mana tuh? Kalopun benar, masih banyak perbuatan orang yang lebih shaleh daripada beliau yg bisa diambil hujjah. Contoh kisah diatas. Utama mana hayo? Sahabat atau ulama macam imam Syafii…


    ”begitupun para shohabat saat diminta orang-orang awam untuk menasehati khalifah ustman bin affan radiyallohu 'anhuma mereka menjawab : haruskan kami menasehati (dia) di depan kalian ?”
    - Mana dalilnya????? Kalopun benar, debatable banget tuh

    ”jadi ...

    siapa toh yang kagak ngerti-ngerti ...
    saya kira para pembaca bisa menilai sendiri”
    - Pembaca blog gua tau, mana nyang fanatic, mana nyang obyektif….

    Ini terakhir kali anda posting disini ya, kalo bahasa merendahkan and adan cara anda berdiskusi gak sopan kayak gini. Males layaninnya.
    Wassalam

    ReplyDelete
  19. ente ini pake emosi ... sih dira
    padahal ama temen lagi ... hahaha

    kalo bales posting gak usah motong-motong
    coment orang laen

    biasa aja lagi

    kan jadinya memotong penjelasan orang
    apa ini namanya ahlak al karimah ...
    ane kira tidak

    yang pasti al imam asy syafi'i, al imam ahmad dan seperti saya contohkan para sahabat
    rodiyallohu ta'ala hu 'anhum
    bahkan nabiyulloh solallohu 'alaihi wasallam aja
    ga ada ntu yang pake cara demonstrasi

    aduuuh ... jd ente mau pake alesan apalagi sih ra ...

    ooohh ni diye
    diwan asy syafi'i ya karyanya asy syafi'i belom tau yach ...
    coba cari kitabnya ibnu katsir kalo gitu deh :
    al bidayah wan nihayah ... atau di tafisrnya ibnu katsir juga baca lagi

    hehe dira lo kagak usah gampang tersingung gitu yah jadi orang ... malu aha ama tetangga ...

    lagian kalo kalah pake gak mau diskusi segala ...

    ente juga merendahkan imam syafi'i ana gak marah ... cuma kasihaaaaan deh luuuuu ....

    buat ente semua yang gak sesuai pikiran ente adalah "debatable" jadinya debat kusir

    gitchu kannnnn ...

    jadi yang bener nash al qur'an hadist serta pemahaman ulama seperti imam syafi'i, imam ahmad ibn hanbal atau pikiran ente sih

    - heran mode "ON" -

    oiye penggemar ahmadinejad ... yah ... pantesan ...

    sama deh ama yang di atas ... santai aja bro
    kagak ada kebencian ... cuman
    kassiaaaaan bye bye

    ReplyDelete
  20. “ente ini pake emosi ... sih dira
    padahal ama temen lagi ... hahaha”
    - What? Sejak kapan saya jadi teman ente? Gak pernah punya teman sebebal ente tuh, teman ane banyak yg salafy, yang ngaji di alirannya syaikh Muqbil, gak ada yg sesombong ente. Bahkan mungkin jauh lebih berilmu dari ente.

    “kalo bales posting gak usah motong-motong
    coment orang laen

    biasa aja lagi

    kan jadinya memotong penjelasan orang
    apa ini namanya ahlak al karimah ...
    ane kira tidak”
    - Itu supaya saya bisa lebih detil menjawab, biar gak ada yg kelupaan, make akhlakul karimah disini…wong identitas ente aja kagak jelas. Ente belajar akhlak lagi ya….
    Ohya, jangan pake kira-kira ya, prasangka tidak menghasilkan ilmu brother!

    “yang pasti al imam asy syafi'i, al imam ahmad dan seperti saya contohkan para sahabat
    rodiyallohu ta'ala hu 'anhum
    bahkan nabiyulloh solallohu 'alaihi wasallam aja
    ga ada ntu yang pake cara demonstrasi”
    - Iya, lembaran mushaf gak ada tuh di zaman rasul, shalat tarwih berjamaah gak ada tuh dijaman rasul. Jahil amat pengandaiannya..plisss deh…

    “aduuuh ... jd ente mau pake alesan apalagi sih ra ...”
    - Loh, yang maksa alesan terus siapa sih???

    “ooohh ni diye
    diwan asy syafi'i ya karyanya asy syafi'i belom tau yach ...
    coba cari kitabnya ibnu katsir kalo gitu deh :
    al bidayah wan nihayah ... atau di tafisrnya ibnu katsir juga baca lagi”
    - Ente sudah baca belum, perasaan disitu ada kisah pemuda mengkritk Umar RA terang-terangan, dan dikritik ama ulama yaman bahwa buku ini diragukan. Kok masih ente sebut?

    “hehe dira lo kagak usah gampang tersingung gitu yah jadi orang ... malu aha ama tetangga ...

    lagian kalo kalah pake gak mau diskusi segala ...

    ente juga merendahkan imam syafi'i ana gak marah ... cuma kasihaaaaan deh luuuuu ....

    buat ente semua yang gak sesuai pikiran ente adalah "debatable" jadinya debat kusir

    gitchu kannnnn ...”
    - wakakaka….nih gua jawab baik2 semua argument lo..ok? gka marah2, tapi dari musim jambu monyet ampe tahun skrg, capek gua layanin orang seperti lo…Gak dapat berkah, adanya nambah dosa.

    “jadi yang bener nash al qur'an hadist serta pemahaman ulama seperti imam syafi'i, imam ahmad ibn hanbal atau pikiran ente sih

    - heran mode "ON" –“
    - Wah, jangan ngejudge gitu dong, dibagian mana kata2 saya seperti itu??? Wah…tukang fitnah ente..

    “oiye penggemar ahmadinejad ... yah ... pantesan ...
    - Iya emang, jangan khawatir bro, dah kenyang gua dengan kesesatan syiah, dah basi tuh bahasan. Minimal orang Syiah bisa melahirkan pemimpin sekaliber itu. Lah Sunni? Melahirkan orang jumud seperti siapa ya? Gka ah, ini bulan ramadhan…

    ”sama deh ama yang di atas ... santai aja bro
    kagak ada kebencian ... cuman
    kassiaaaaan bye bye”
    - Bener nih? Salamnya mana nih??? Percuma pemegang sunnah, akhlak kagak ada, ingat ini blog/rumah gua. Bertamulah yang sopan ya. Salam kek. Bid;ah digempur, akhlak dibuang kasian….

    Oh iya, kalo mau diskusi, bikin blog sendiri, terus invite aye ye…karena blog gua hanya utk tamu2 yang sopan
    Thanks
    wassalam

    ReplyDelete
  21. Saya lagi berpuasa, ini terakhir saya layani komen2 orang fanatik seperti si Zubair ini. Kalo zubair masih penasaran, datang aja kerumah saya, ajak janjian, atau email nomor hpnya ke email saya : drg.muslim83@gmail.com

    biar kita bisa diskusi empat mata gitu.
    Disini terbatas, gak bebas gerak.

    thanks
    Wassalam

    ReplyDelete
  22. اسلم عليكم

    menarik sekali ananda iqbal (jika boleh saya panggil demikian) semangat antum dalam mengkaji permasalahan

    namun saya yakin segala sesuatu mempunyai rel, begitupun suatu artikel harusnya mempunyai landasan, sumber atau kita kalangan kampus mengenal istilah nara sumber atau source

    (bagusnya minat kita dalam sejarah adalah sama)

    pertanyaan pertama saya adalah sederhana saja, darimana anda menyimpulkan muhammad bin abdul wahab memberontak terhadap kerajaan turki ustmani ?

    maaf karena terus terang saya tidak tau ada pakar sejarah baik barat/orientalis maupun islam yang mengklasifikasikan perang antara keamiran dir'iyah dengan kerajaan turki ustmani sebagai pemberontakan (maaf) apalagi sampai-sampai mengklasifikasikannya sebagai kudeta / revolusi

    bahkan dalam buku sejarah, wilayah turki usmani pun sebelum 1813 tidak meliputi seluruh jazirah karena ada yang tidak dikuasai diantaranya adalah dir'iyah. kecuali tanah hejaz yang dianggap protektorat. itupun bersifat independen ?

    (kalaupun turki setelah tahun 1813 bisa menyerang jazirah, namun dir'yah berdiri sebagai ke'amiran pada tahun 1740an)

    jadi alangkah tidak tepat dikatakan memberontak

    (maaf jika salah mohon dikoreksi ...)

    namun "jika" ananda menggunakan argumen bahwa kekhalifahan turki adalah kekhalifahan yang sah dan ke'amiran dir'iyah harus tunduk dan patuh saya tidak setuju.

    Sebelumnya mohon dikoreksi, setau saya berdasarkan hadits yang pernah saya dengar :

    1. yang berhak menjadi khalifah adalah quraisy 2. dinyatakan bahwa khilafah adalah sampai masa khalifah al rasyidah imam 'ali bin abi thalib, setelah itu masanya raja-raja (yang sifat pemerintahannya tidak lah global) hingga massa imam mahdi 'alaihisalam

    jadi permintaan saya adalah nama, ahli sejarah yang anda jadikan rujukan

    terimakasih

    وسلم عليكم

    ReplyDelete
  23. maaf saya belum punya blog. sedang di proses kampus

    saya tunggu tanggapan ananda

    ReplyDelete
  24. Sebagian kalangan telah berlebihan dalam memberikan label bid’ah dan haram. Bagi mereka, kebenaran hanya satu yaitu ada pada mereka, tinggal pilih; ikut mereka atau ikut yang yang lain (baca: ahli bid’ah). Itu semua hanya karena perbedaan dalam memahami sesuatu yang bukan prinsip agama (ushul), namun disikapi seperti lakum diinukum wa liyadin. Seakan tidak ada ruang untuk berbeda pendapat. Mereka melarang-larang manusia taqlid kepada Al Banna, Al Qaradhawy, Sayyid Quthb, Al Ghazaly, namun sayangnya, tanpa disadari mereka justru mengajak manusia selalu meng-aminkan dan ikut buta terhadap apa yang mereka pahami.

    Mereka berlapang dada ketika Syaikh bin Bazz berbeda pendapat dengan Syaikh al Albany dalam masalah meletakkan tangan di dada ketika berdiri setelah ruku (i’tidal); Syaikh bin Bazz menyebutnya sunah sedangkan Syaikh al Albany membid’ahkannya , masalah perhiasan emas melingkar pada wanita, Syaikh bin Bazz menyatakan halal sebagaimana pandangan jumhur bahkan ijma’, sementara Syaikh al Albany mengharamkannya. Masih banyak perbedaan lainnya antara dua Syaikh ini, yang dimaklumi oleh pengikutnya sebagai ikhtilaf biasa.

    Namun, kenapa mereka tidak mau terima ketika Syaikh bin Bazz berbeda dengan Syaikh al Qaradhawy dalam masalah perdamaian dengan Israel pada medio 90-an, mereka menyalahkan Al Qaradhawy. Masalah lain, Al Qaradhawy membolehkan zakat dengan nilainya (uang) sebagaimana pandangan Imam Sufyan Ats Tsauri, Imam Abu Hanifah, dan Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiallahu ‘anhu dari kalangan sahabat. Lalu mereka menyalahkannya lagi karena berbeda dengan Syaikh bin Bazz, Syaikh Shalih Fauzan dan lain-lain yang melarangnya, sebagaimana pandangan Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad yang melarang mengeluarkan zakat dengan nilainya (uang). Atau perbedaan Syaikh al Albany dengan jumhur (mayoritas) ulama, Syaikh al Albany menyatakan wajibnya bagi penduduk Jalur Gaza keluar (hijrah) jika mereka tidak mampu melawan Israel, ada pun jumhur berpendapat jika tidak mampu maka penduduk sekitarnya harus membantunya, jika tidak mampu juga, negara tetangga harus membantu, dan seterusnya. Namun mereka membela mati-matian pendapat Syaikh al Albany tersebut, termasuk pembelaan Ustadz Luqman bin Muhammad Ba’abduh. Seandainya, manusia tidak sefanatis itu niscaya lebih baik akhirnya.

    Intinya, mereka bisa toleran dan dewasa jika perbedaan itu terjadi pada sesama Syaikh-Syaikh mereka (dan Syaikh-Syaikh tersebut adalah Syaikh bagi kita semua, bukan hanya bagi mereka). Anehnya, mereka gagal untuk berlapang dada jika perbedaannya antara Syaikh-Syaikh tersebut dengan Syaikh-Syaikh yang lain. Maunya, semua harus ikut dan sama dengan kemauan mereka.

    ReplyDelete
  25. Betapa celakax org yg suka berdebat..aplgi smp mrendahkn ulama,wlopn mulutx mnutupi dg pujian trhadapx..tutuplah blog ini akhi..antara faedah dan madhorotx bnyk madhorotx..ya itupn trgntung keilmuan antm..

    ReplyDelete
  26. sudahlah kawan...sesama Muslim jangan saling menjatuhkan, afwan ana gak bisa ngasih dalil2 sahih, cuma bisa mendamaikan....

    Nahnu nahkumu bidzowahir, wallahu inda saroir

    ReplyDelete
  27. Assalamu'alaikum
    diskusi yang seharusnya membawa pada kebenaran/jalan keluar di link ini malah jadi tertutup karena perdebatan,,, sungguh terlihat benar kaya berdebat,, dari kata-katanya saja seperti bukan diskusi melainkan debat,,hindarilah perdebatan akhi-akhi skalian meskipun antum memank benar adanya.,apalagi kita ni saudara semuslim,,. kalau ada dalil yg memank benar adanya ya diterima''' tapi kalau salah ya dibuang aja kedinding meskipun dalilnya kluar dari imam syafi'i,imam ahmad atau imam-imam lainnya, bukannya sperti itu yang dtuturkan mereka,..,.
    afwan akhi jika ada kata-kata yang salah
    karena ana juga manusia biasa yang pasti tidak lepas dari salah dan dosa,,..,
    syukron
    JAZAKUMULLAH KHAIR

    ReplyDelete
  28. Subhanalloh... saya baru masuk link ini dan baca, Endingnya bagus yaitu menghindari debat. Sebagai orang awam yang membaca diskusi di atas, hanya satu pertanyaan/kesimpulan dari saya : "Si penulis sudah menyatakan dirinya bukan ustadz yang berarti fakir ilmu, lalu kenapa harus buang waktu memperdebatkan artikelnya?. Tapi sekedar mengingatkan/mengajari, bolehlah...Allohu ta'ala a'lam.

    ReplyDelete
  29. koq muncul beberapa orang yng kesannya membela kerajaan bani saud dengan salafy versi saud ya ? Harusnya adil, dalam tataran historis maupun aqidah, kerajaan bani saud dan salafy versinya tsb sudah terang dan gamblang sekali penyelewengannya. Jadi gak usah ashobiyah dengan dar der dor bela mati matian. Akhirnya kentara betul motif pembenaran yg dilakukan. Itu sama saja membodohi diri sendiri. Sudah saatnya kita bongkar kebobrokan yg ada, bahwa umat butuh institusi pemersatu yaitu khilafah ala minhaj an nubuwah dgn islam dan pemahaman yg benar. Bukan dgn pemahaman ala bani saud, atau yg lainnya. Wa allahu a,lam.

    ReplyDelete