Diagnosa histologi dari kanker mulut telah dibuat, proses evaluasi pasien, diawali dengan usaha untuk melihat jangkauan daerah yang terjangkit penyakit, sebagaimana halnya juga dengan adanya metastasis yang luas. Diskusi dengan pasien dimulai ketika biopsi dilakukan dan dilanjutkan dengan penelusuran adanya malignancy penyakit ini, tapi pada tahap selanjutnya perlu ditelusuri jangkauan dari penyakit. Pasien sering merasakan pentingnya sekali diagnosis dari kanker.
Mereka menginginkan perawatan dilakukan lebih awal. Hal ini penting untuk disampaikan kepada mereka bahwa kanker bukanlah penyakit yang darurat yang mesti untuk dibedah dan bahwa tingkat pertumbuhan dari sel epitel malignant membutuhkan evaluasi yang cukup dan lengkap untuk membuat rekomendasi perawatan. Juga harus diingat bahwa terdapat sebuah tingkat kejadian yang tinggi dari depresi pada pasien yang mengidap kanker kepala dan leher. Dukungan dari keluarga dan masyarakat hendaknya diperoleh, dan penyerahan yang cukup mengenai hal ini kepada mereka dapat dibuat jika dianggap perlu. Kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan hendaknya ditelusuri sebagai persiapan untuk beberapa rencana tahap perawatan. Disamping dari riwayat standar dan pemeriksaan fisik, yang meliputi pemeriksaan kepala dan leher, nasofaringoskopi atau laryngoskopi secara langsung di ruangan hendaknya turut dipertimbangkan. Evaluasi ini boleh jadi tidak dilakukan jika panendoskopi atau “triple endoscopy” direncanakan untuk mencari kanker primer yang sinkron.
Sesuai penelitian mengenai panendoskopi yang dilakukan oleh McGuirt tahun 1982, pemeriksaan pada esophagus, laring, dan bronkus harus dilakukan dalam pemeriksaan pasien dengan kanker kepala dan leher. Pemeriksaan yang mirip juga sering dilakukan terhadap nasofaring. McGuirt menemukan tumor yang sinkron pada 16% dari pasien yang diarahkan oleh sebagian besar tenaga klinik untuk memasukkan panendoskopi dalam evaluasinya. Akhir-akhir ini penggunaan rutinnya telah diputuskan bagi pertanyaan dengan berbagai alasan seperti masalah biaya, meningkatkan ekspresi modalitas, dan tingkatan yang rendah dari tumor-tumor primer yang bersifat sinkron dari kepala dan leher dibandingkan dengan harapan sebelumnya. Beberapa dokter masih merasa adanya peranan pemeriksaan kanker primer dengan menggunakan anastesi umum, sepanjang panendoskopi. Mereka membantah bahwa kemampuan untuk memeriksa beberapa kanker primer yang meluas telah disetujui bersama pada pengaturan klinik karena ketidaknyamanan pasien, dan bahwa panendoskopi memberikan peluang yang tidak berharga bagi para dokter untuk memeriksa kanker primer tanpa paksaan.
Bantahan lainnya bahwa hasil yang rendah yang diberikan melalui bronkoskopi disamping radiografi bagian dada dan CT scan serta kemampuan untuk menampilkan pemeriksaan laring dengan nasofaringoskopi yang fleksibel mengurangi manfaat pemeriksaa laryngoskopi dan bronkoskopi yang tetap. Juga, mayoritas pasien dengan kanker kepala dan leher menerima esofagoskopi yang fleksibel selama penempatan pipa endoskopi gastrotomi perkutan. Untuk alasan-alasan panendoskopi ini hendaknya memungkinkan untuk menemukan gejala yang ada.
Mereka menginginkan perawatan dilakukan lebih awal. Hal ini penting untuk disampaikan kepada mereka bahwa kanker bukanlah penyakit yang darurat yang mesti untuk dibedah dan bahwa tingkat pertumbuhan dari sel epitel malignant membutuhkan evaluasi yang cukup dan lengkap untuk membuat rekomendasi perawatan. Juga harus diingat bahwa terdapat sebuah tingkat kejadian yang tinggi dari depresi pada pasien yang mengidap kanker kepala dan leher. Dukungan dari keluarga dan masyarakat hendaknya diperoleh, dan penyerahan yang cukup mengenai hal ini kepada mereka dapat dibuat jika dianggap perlu. Kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan hendaknya ditelusuri sebagai persiapan untuk beberapa rencana tahap perawatan. Disamping dari riwayat standar dan pemeriksaan fisik, yang meliputi pemeriksaan kepala dan leher, nasofaringoskopi atau laryngoskopi secara langsung di ruangan hendaknya turut dipertimbangkan. Evaluasi ini boleh jadi tidak dilakukan jika panendoskopi atau “triple endoscopy” direncanakan untuk mencari kanker primer yang sinkron.
Sesuai penelitian mengenai panendoskopi yang dilakukan oleh McGuirt tahun 1982, pemeriksaan pada esophagus, laring, dan bronkus harus dilakukan dalam pemeriksaan pasien dengan kanker kepala dan leher. Pemeriksaan yang mirip juga sering dilakukan terhadap nasofaring. McGuirt menemukan tumor yang sinkron pada 16% dari pasien yang diarahkan oleh sebagian besar tenaga klinik untuk memasukkan panendoskopi dalam evaluasinya. Akhir-akhir ini penggunaan rutinnya telah diputuskan bagi pertanyaan dengan berbagai alasan seperti masalah biaya, meningkatkan ekspresi modalitas, dan tingkatan yang rendah dari tumor-tumor primer yang bersifat sinkron dari kepala dan leher dibandingkan dengan harapan sebelumnya. Beberapa dokter masih merasa adanya peranan pemeriksaan kanker primer dengan menggunakan anastesi umum, sepanjang panendoskopi. Mereka membantah bahwa kemampuan untuk memeriksa beberapa kanker primer yang meluas telah disetujui bersama pada pengaturan klinik karena ketidaknyamanan pasien, dan bahwa panendoskopi memberikan peluang yang tidak berharga bagi para dokter untuk memeriksa kanker primer tanpa paksaan.
Bantahan lainnya bahwa hasil yang rendah yang diberikan melalui bronkoskopi disamping radiografi bagian dada dan CT scan serta kemampuan untuk menampilkan pemeriksaan laring dengan nasofaringoskopi yang fleksibel mengurangi manfaat pemeriksaa laryngoskopi dan bronkoskopi yang tetap. Juga, mayoritas pasien dengan kanker kepala dan leher menerima esofagoskopi yang fleksibel selama penempatan pipa endoskopi gastrotomi perkutan. Untuk alasan-alasan panendoskopi ini hendaknya memungkinkan untuk menemukan gejala yang ada.
0 Response to "Peranan Panendoskopi dalam rencana perawatan (Seri Perawatan Kanker Rongga Mulut)"
Post a Comment