Banyak penyakit yang dapat terjadi di glandula saliva kita. Tentu saja untuk mengatasinya perlu bantuan dan supervisi langsung dari dokter spesialis bedah mulut atau minimal dokter gigi umum.
Sialadenitis akut : pembengkakan pd glandula yang terkena, nyeri dan hangat regio terkena, keradangan, aliran saliva keruh/purulen, demam.
Sialadenitis kronik : Pemeriksaan probing, pemijatan glandula, radiografi, tidak nyeri tekan, atrofik dan fibrosis noduler
Mucocele : fenomena kebocoran mukus, dpt diagnosis dari riwayat penyakit, keadaan klinis dan palpasi, pd anak dewasa muda, lesi fluktuan, tdk nyeri, perubahan bentuk permukaan mukosa, benjolan kecil 1 atau 2 cm
Ranula : fenomena retensi duktus pd glandula sublingualis, dgn gambaran khas pd dasar mulut, mukosa tipis, meregang dan kadang transparan
Neoplasia : dideteksi dgn adanya massa yang kaku, tdk nyeri dalam glandula atau pembengkakan. Keganasan pada glandula submandibularis cenderung meluas ke mandibula. Metastase neoplasia dapat mengenai limfonodus parotidea, submandibularis. cervicalis, supraclavicularis.
Metastase melalui aliran darah ke paru-paru berkaitan dengan adenokarsinoma dan tumor2 mukoepidermoid.
Trauma : Lesi traumatik dapat melibatkan duktus atau parensim. Kegagalan penutupan duktus maka terbentuk fistula saliva. Cedera paling sering adalah pada glandula saliva minor bibir bawah sehingga terbentuk mucocele
Penatalaksanaan penyakit2 glandula saliva
Eksisi mococele : di eksisi dengan memakai modifikasi teknik elips, menebus mukosa, diluar batas permukaan dari lesi. Batas mucocele dengan jaringan sehat mudah diidentifikasi, lesi dipotong dengan teknik gunting, pengambilan gl.mukos asesoris, penutupan dengan jahitan terputus.
Marsupialisasi ranula : dgn pembuatan jendela pada lesi dibawah anestesi blok dan infiltrasi regional, pada tepi lesi ditempatkan rangkaian jahitan, lakukan drainase dengan menekan lesi, tutup luka operasi dgn kasa uk 3/8 inci dan dilepas setelah 48-72 jam.
Ranula kambuhan : Bila lesi mengalami kekambuhan maka dilakukan pemotongan glandula saliva yang terlibat (glandula sublingualis)
Mumps : Parotitis akut (virus), terjadi pada anak dibawah 15 thn, melibatkan gl.parotidea dan submandibularis. Perawatannya istirahat, analgesik, dan hidrasi secukupnya, kdg2 dgn vaksin mumps.
Parotitis kambuhan : diberikan antibiotik berdasarkan hasil uji sensitivitas dan kultur.
Parotitis akut : rasa sakit mendadak, kemerahan, pembengkakan daerah parotis. Terapi antibiotik intravena (methicillin, nafcillin, sodium oxacillin), penambhan cairan, kompres hangat, analgesik, perbaiki OHnya, perbaikan terjadi 48 jam kemudian. Bila infeksi berkembang dilakukan tindakan bedah insisi dan drainase
Sialadenitis supuratif : jarang terjadi pada glandula submandibularis, penyebabnya sumbatan duktus dari batu saliva atau benturan lansung pada duktus, Kultur sekresi purulen untuk menentukan antibiotik yang diberikan, jika batu terletak pd bagian distal duktus (intraoral) batu harus dikeluarkan, kadang glandula harus dipotong.
Sialadenitis akut : terjadi akibat kerusakan atau pembentukan jaringan parut atau perubahan fibrotik pd glandula, kultur saliva untuk pemberian terapi antibiotik yang sesuai, probing (pelebaran duktus), bila perlu ekstirpasi glandula.
Sialolitotomi : pengambilan sialolit dengan anestesi blok lingual dan infiltrasi, tempatkan jahitan pd bgn posterior batu, diatas sialolit dibuat insisi pada mukosa, dan setelah duktus terlihat kemudian dipotong longitudinal, batu diambil dgn penjepit jaringan/hemostat kecil, irigasi saline steril, insisi mukosa ditutup tdk terlalu rapat, duktus tidak dijahit, jika pemerasan tdk memberikan aliran saliva, maka diindikasikan utk memasukkan selang polietilen. biarkan selang 2-3 hari shg aliran saliva normal kembali. Bila batu dekat dengan glandula/berada di glandulanya, maka penanganannya meliputi pengambilan glandulanya.
Neoplasia: Lesi jinak yang mengenai glandula saliva asesoris diterapi dengan eksisi local yang luas. Lesi pd palatum, eksisi periosteum dibawah lesi diperlukan, kekambuhan biasanya disebabkan penghancuran selubung oleh sel2 tumor dan adanya stroma myxoma. Adenoma pleomorfik kambuhan sering membutuhkan maksilektomi. Lesi neoplastik jinak glandula sublingualis dan submandibularis disertai parotidea biasanya diterapi reseksi subtotal
Keganasan : Lesi yang ganas, pembedahan merupakan terapi pilihan. Tumor ganas yang melibatkan gl parotidea dgn n. Facialis, glandulanya diangkat bersamaan sarafnya. Bila keganasan ke arah servikal dpt dilakukan diseksi leher radikal (pemotongan limfonodus). Kambuhan bisanya diterapi radiasi.
Putusnya duktus major : diatasi dgn reanastomosis mll pembedahan. Kunci keberhasilan terletak pada penentuan secara tepat lokasi ujung distal dan proksimal duktus yang terkena dgn memasukkan methelene blue, selipkan selang polietilen pada kedua ujung, ddg duktus dijahit diatasnya (dgn keteter 16,18 20 gauge), keteter 6– 10 hari dilepas. Aliran saliva diperiksa dgn jalan memeras glandula dan duktus.
Fistula : Fistula glandula saliva dirawat dgn cara eksisi dan menjahit daerah bekas eksisi atau kadang dilakukan pengikatan duktus agar terjadi atrofi glandula.
0 Response to "Penyakit Pada Glandula Saliva Dan Terapi Singkatnya"
Post a Comment